Menjaga Fitrah

Fitrah, artinya ciptaan, bukan suci atau kesucian. Menjaga Fitrah, berarti menjaga ciptaan, bukan menjaga kesucian.

Fitrah atau ciptaan yang dimaksudkan adalah fisik atau jasadnya manusia diciptakan. Di mana, jasadnya manusia itu, memerlukan asupan makanan dan minuman serta yang lainnya yang berhubungan dengan kehidupan fisik atau jasad. Artinya, fisik jasadnya manusia itu, erat berhubungan dengan kehidupannya.

Maka, do’a ketika berbuka untuk mengakhiri puasa adalah sebagai berikut :

اللهُمّ لكَ صُمت وعَلى رِزقك أفطرت 

Ya Allah, karena dan bagi-Mu aku perpuasa dan atas rizki-Mu aku “fitrah” (makan, minum dan yang lain serta sejenisnya).

Maksudnya, puasa atau meninggalkan makan dan minum serta yang lain dan sejenisnya itu, bukanlah fitrah atau ciptaan fisiknya manusia diciptakan. Fisik atau jasadnya manusia, diciptakan (difitrahkan), ia memerlukan makan dan minum serta seterusnya, tersebut. 

Tidak makan dan tidak minum serta tidak memerlukan terjadinya hubungan saling membantu antar satu dengan yang lainnya, itu bukan sifatnya manusia diciptakan. Akan tetapi, tidak makan dan tidak minum serta tidak memerlukan bantuan atau kehadiran dari siapa dan apa saja, itu sifatnya Allah swt Yang Maha segalanya. Dan, DIA-lah yang mem”fitrah” atau menciptakan fisiknya manusia, di mana fisik manusia itu, memerlukan asupan makanan dan minuman serta memerlukan terjadinya hubungan atau kehadiran orang lain antar satu dengan yang lainnya untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupan fisiknya, baik melalui pernikahan maupun yang sejenisnya.

Oleh karena itulah, “menjaga fitrah” yang dimaksudkan adalah fitrah atau ciptaan fisik manusia yang memerlukan kehadiran orang lain di dalam meraih kebutuhan hidupnya, itulah yang musti dijaga lewat ajaran agama, agar di dalam meraih kebutuhan hidupnya, manusia tetap tegak lurus dan menghadapkan dirinya terhadap pencipta-Nya oleh iman yang di di dalam dadanya.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

QS Ar-Rum (30) : 30.

Maka, tegakkan dirimu untuk agama secara sungguh-sungguh, itulah fitrah Allah yang Allah fitrahkan (ciptakan) atas diri (jasad) manusia, di mana ciptaan (fitrah) itu, tidak ada perubahan. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Maka, puasa dalam arti “pengendalian diri manusia”, itu bukan hanya pada bulan Ramadhan saja. Akan tetapi, puasa dalam arti pengendalian dirinya manusia” atau “mengendalikan dirinya manusia”, adalah sepanjan zaman oleh iman yang di dalam dadanya manusia. Hanya saja, selama pada bulan Ramadhan, iman yang ada di dalam dada setiap manusia itu, disuruh oleh Allah untuk mengendalikan dirinya manusia, agar manusia berpuasa tidak makan dan tidak minum serta yang lainnya, sebagai “test-case” untuk pengendalian dirinya manusia yang sesungguhnya, yaitu sepanjan masa. 

Oleh karena itu, bukan orang-orang yang sudah beriman yang disuruh berpuasa, akan tetapi iman yang di dalam dadanya manusia, itulah yang mempuasakan atau mengendalikan dirinya manusia (jasad) dicipta, agar di dalam meraih kebutuhan fisiknya untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan, manusia tetap dipimpin oleh imannya yang bersifat shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Sehingga, manusia tetap benar dan tidak melakukan kesalahan serta amanah dan tidak  khiyanat, kemudian jujur dan apa adanya di dalam meraih sarana kehidupan dunia yang bersifat jasadi itu.

Impersonate Atau Cover

Ramai dibicarakan seorang pendatang baru atau musisi baru yang lumayan banyak dibicarakan di medsos. Baik IG, Twitter, FB dan You Tube. Kedua anak muda ini, Tri Suaka dan Zinidine Zidan sering berdua berkolaborasi menyanyi dari panggung ke panggung. Karena musisi yang masih pemula, meski suaranya okay namun mereka banyak menyanyikan lagu cover. Lagu cover adalah istilah yang diberikan bagi penyanyi yang menyanyikan lagu orang lain.

Sudah barang tentu ada unsur memakai barang orang lain atau meminjam. Dan menyanyikan lagu orang lain di negeri kita ternyata memiliki aturan ketat dan baku yaitu harus memberi royalti kepada pemilik lagu yang asli.  Kemudian justru masalah muncul bukan karena dua musisi ini mencover lagu, dalam hal ini lagu beberepa musisi. Salah satunya adalah lagu Andika Kangen Band.  Masalah muncul adalah anak muda ini mneyanyikan lagu cover milik Andika Kangen  Band dengan gaya menghina penyanyi aslinya.

Penampilan Andika dari awal berkarir hingga saat ini sudah mengalami perubahan cukup drastis. Banyak kasus yang dia lakukan dari sejak awal karir 2005 hingga beberapa tahun belakangan sudah membuat jera, terlihat saat ini. Penampilannya yang santun dan peduli dengan putra putrinya. Dan Andika selalu menolak menjawab bila ditanya tentang masa lalunya.

Namun hal ini masih menjadi sasaran empuk Zidan untuk menyanyikan lagu cover kangen Band dengan gaya menghina. Walhasil netizen se-Indonesia memberontak dan membully Zidan dan rekannya. Buntutnyapun mereka akan dituntut salah satu pemilik lagu yang dicover. Belum lagi pengacara Andika yang ikut maju mengeluarkan somasi. Di podcast Uya Kuya, akhirnya Zidan dan Tri datang dan memberikan pernyataan maaf.

Hal-hal seperti ini selalu terjadi di negeri +62. Seseorang dengan bebas merdeka melakukan kesalahan lalu kemudian selalu berakhir dengan permintaan maaf di depan publik. Begitu mudahnya dan begitu meremehkan dengan mempergunakan dalih maaf. Padahal mungkin tidak semudah itu publik memaafkan.

Lalu apa beda menyanyikan lagu orang lain alias cover dengan impersonate? Saat ini artis yang dikenal mahir impersonate adalah Gilang Dirga dan Rina Nose. Mereka berdua begitu lihai menirukan suara tokoh, menyanyikan lagu terkenal dan bahkan berperan seperti orang yang ditirukan. Saat Rina Nose menyanyikan lagu Laksmana Raja Di Laut, dia begitu maksimal menirukan lagu dan gerak Iyet Bustami. Bahkan baju yang dipakai Rina adalah kostum yang biasa dipakai Iyet. Saat itu Iyet juga hadir ikut bernyanyi bersama Rina. Sehingga tidak ada masalah antara keduanya, demikian juga dengan host acara tersebut.

Gilang Dirga juga sangat mahir menirukan maupun menyanyikan lagu para musisi. Dengan cengkok yang cukup mirip dengan penyanyi aslinya, Gilang pun mampu membawakan lagu itu. Disamping itu Gilang juga sangat lihai menirukan gaya tokoh.

Antara cover dan impersonate ada perbedaan tipis. namun bagaimanapun menyanyikan lagu musisi lain atau menirukan gaya tokoh harus diniatkan untuk menghibur. Jangan menyusupkan adegan-adegan menghina musisi atau tokoh aslinya.

Wallahu A’lam

Sholat Khusyu

Kata “sholat”, secara asal dan usul bahasa, artinya sambung hubungan. Kemudian, kata “khusyu’, berarti tenang, tenteram dan bahagia. Sehingga, “sholat khusyu’, bisa diartikan, sambungnya hubungan yang menenangkan, menentramkan dan membahagiakan. 

Dengan demikian, maka jika sholat atau sambung hubungan, pasti khusyu’ dan jika tidak sholat berarti, tidak sambung hubungan dan tidak khusyu’ atau tidak bahagia.

Oleh sebab itulah, “sholat” berarti pula, “bertemu” atau “berjumpa”, untuk bisa kembali ke asal mula (Al Baqoroh (2) : 45 – 46). Kalau tidak bisa bertemu atau berjumpa, maka tidak akan bahagia dan jika tidak bahagia, maka tidak akan bisa kembali ke asal mula.

Lalu, siapa dan dengan siapa yang bertemu itu, di mana tempat pertemuan dan ke manakah kembali ke asal mulanya, serta siapa yang berbahagia..?.

Yang bertemu adalah mukmin, dengan amin Rasul utusan Allah di Baitullah, karena sholat yang tertegakkan olehnya (mukmin) (Al Mu’munin (23) : 1- 2) (Ali Imron (3) : 96 – 97). Kemudian, kenapa bertemunya mukmin dengan amin di Baitullah, dan tidak langsung saja mukmin bertemu dengan Allah Yang Maha Esa..?.

Mukmin bertemu dengan amin di Baitullah, melalui sholat yang tertegakkan oleh mukmin, untuk diantar oleh amin kembali menuju bersatu dengan Allah. Sebab, Allah itu (al Mashiir), tempat kembalinya asal muasal segala sesuatu, bukan tempat pertemuan atau perjumpaan. Itulah, yang dimaksudkan dengan “wasilah”, artinya untuk bisa kembali kepada Allah, dengan dan melalui “wasilah” rasul utusan Allah (Al Maidah (5) : 35).

Baitullah itu ghoib, yang nyata adalah Ka’bah dan ia sebagai tanda atau alamat di mana Baitullah itu, berada. Ka’bah, merupakan bangunan yang terbuat dari batu, di bangun okeh Nabi Ibrahim as, bersama putranya yang  bernama Nabi Ismail as, di mana keduanya berasal dari suku Ka’b, maka bangunan berbentuk kubus dari batu tersebut, diberi nama dengan menisbatkan dari mana kedua Nabi tersebut berasal, yaitu Ka’b atau Ka’bah. 

Kemudian, pintu masuk ke Baitullah adalah Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang secara dzat adalah jelmaan Malaikat (cahaya) yang bertugas khusus dan berfungsi sebagai pencatat (daftar hadir, cctv, photo dan atau finger print serta sejenisnya), bagi mukmin yang memasuki Baitullah lewat sholat yang tertegakkan ( Bani Israil (17) : 80).

Lalu, siapakah mukmin itu, sebenarnya..?.

Dialah hamba Allah, yang ada di dalam hatinya manusia yang bersifat iman, ilmu dan nikmat (Al Baqoroh (2) : 2 – 3), (Al A’nkabut (29) : 49),  (Ar Rahman (55) : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77).

Artinya, sholat itu pasti khusyu’, karena sholat adalah sambungnya hubungan hamba Allah, bernama mukmin dengan amin di Baitullah (tempat pertemuan) dan khusyu’ itu, berarti bahagia.

Maka, mukminlah yang menyatu (wahhada) dengan amin (tauhid) di tempat kesatuan (Baitullah) melalui sholat yang tertegakkan, untuk bersama-sama diantar oleh amin rasul utusan Allah, menuju bersatu kembali dengan Allah Maha Ahad.

Kemudian, manusia dengan berbagai sifatnya yang ingkar, suka mengeluh, tidak sabaran dan lemah serta berbagai sifatnya manusia yang lainnya, ketika dipimpin oleh imannya yang benar dan terpercaya, dipimpin oleh ilmunya yang yang selalu mengetahui akan kesalahan dan kebenaran serta dipimpin oleh nikmatnya yang selalu merasakan dan tiada dusta, maka manusia dengan berbagai sifatnya yang ingkar dan jahat seperti tersebut di atas, menjadi mengikuti iman, ilmu dan nikmatnya sehingga tegak sholat atau hubungannya dengan amin di Baitullah. 

Itulah, yang maksudkan dengan, “Allahu Akbar”, kemudian “wajjahtu” atau aku menghadapkan diri sifat manusiaku dst.

Lalu, kapan sholat itu, tertegakkan dan dilaksanakan..?. 

Sholat ketika dilaksanakan secara terus menerus, disebut dengan “sholat daim” (mudawamah-Al Ma’arij (70) : 19, 20, 21, 22, 23 ) yang berfungsi untuk menghilangkan sifat keluh kesah dan sejenisnya pada dirinya manusia. Kemudian, sholat ketika dilaksanakan secara rukun oleh anggota badan manusia dan berkaitan dengan waktu, disebut, dengan “sholat lima waktu”, sholat malam, sholat pagi dan seterusnya yang berfungsi untuk peringatan. Karena berfungsi untuk peringatan, maka waktu, tata cara, proses dan prosedurnya serta yang berkaitan dengannya, sudah ditentukannya. Jika sholat dilaksanakan pada waktu Maghrib, maka disebut sholat Maghrib yang waktunya, bilangan rokaatnya dan sebagainya, semua sudah tertentu dan ditentukan. Demikian pula, sholat Isya’ dan  seterusnya.

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

 Tha-Ha (20) : 14.

Sesungguhnya Aku adalah Aku, Allah yang tiada tuhan selain Aku, maka sembahlah akan Aku dan tegakkan sholat untuk ingat akan Aku. 

Oleh karena itu, sholat disebut juga dengan amalan yang bersifat “fardhu ‘ain”, atau wajib atas diri masing-masing individu yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak bisa diwakilkan terhadap orang lain selain diri orang yang bersangkutan. Meninggalkan sholat, disebut  kafir, atau tertutup dan terputus hubungan. 

Dan sholat merupakan amalan yang pertama kali dilihat atau dihisab, jika sholatnya baik dan benar, maka semua amal perbuatan manusia akan baik dan benar, itulah fungsi sholat ketika telah tertegakkan, yaitu tercegahnya seseorang dari perbuatan keji dan mungkar ( Al ‘Ankabut (29) : 45). Sebaliknya, jika sholatnya rusak, maka seluruh amal perbuatan manusia akan rusak.

Jadi, sholat khusyu’ itu, sholat daim, sholat rukun lima waktu dan waktu-waktu yang lainnya seperti sholat Tahajud, sholat  Dhuha dan sebagainya serta sholat tegaknya hubungan mukmin dengan amin di Baitullah.

I La Galigo

Judul yang pendek I La Galigo sebenarnya cermin dari sebuah naskah yang cukup panjang berkilo-kilo. Inilah naskah karya sastra berasal dari Bugis klasik yang diyakini terpanjang di dunia. Dan saking panjangnya naskah dan cerita di dalamnya hingga melebihi Ramayana dan Mahabarata. Bahkan Homerus dari Yunani.

I La Galigo adalah naskah susastra yang bisa kita baca saat ini berbentuk puisi 5 baris. Awalnya naskah ini ditulis dalam huruf lontara di atas daun yang disebut dengan daun lontar. Saat I La Galigo ini dituliskan di atas daun lontar, belum ada teknologi kertas atau papyrus seperti saat ini. Sehingga daun lontar inilah yang sanggup merekam semua kejadian dan cerita lisan saat itu. Diyakini cerita lisan I La Galigo terjadi pada abad 9 SM. Dan baru ditranskripsikan oleh Arung Pacana Toa Collieq Pudji pada tahun 1852 selama beberapa tahun.

I La Galigo yang dianggap kitab suci oleh sebagian orang ini berisi kisah tentang I La Galigo itu sendiri, naskah keagamaan, sejarah, dan naskah spiritual. Bagi para Bissu yang menganut agama Bugis Klasik kitab I La Galigo berfungsi sebagai obat dari beberapa penyakit, sebagai tolak bala dan berfungsi magis juga. Para Bissu ini adalah sisa-sisa warisan I La Galigo yang masih tertinggal saat ini. Bersyukur masih ada yang melestarikan kitab I La Galigo. Karena kalau tidak mungkin I La Galigo hanya sekedar gulungan lontar yang mudah rusak karena rapuh.

Kalau diteliti lebih lanjut I La Galigo bisa menjadikan kita lebih waspada, karena ada ayat-ayat yang meramalkan kejadian-kejadian alam seperti gempa, tsunami dll. Kalau kita lebih teliti membaca kita ini mungkin kita bisa lebih waspada akan gejala alam yang terjadi.

Kisah I La Galigo salah satunya yang cukup terkenal, meski ada kisah-kisah lain adalah hubungan cinta antara Sawerigading dengan We Tenri Abeng. Keduanya sebenarnya adalah lahir kembar emas atau di Jawa dikenal dengan kembar dampit. Yaitu kembar laki-laki dan perempuan. Di zaman itu, sama juga dengan di Jawa, bila lahir bayi kembar laki-laki dan perempuan maka seyogyanya bayi-bayi tersebut dipisahkan. Karena dikhawatirkan keduanya nanti akan saling menyukai dan ingin menikah. Sehingga diputuskan untuk memisahkan Sawerigading dan We Tenri Abeng. Namun meski dipisahkan justru membuat Sawerigading semakin penasaran dan ingin bertemu We Tenri Abeng. Dan ternyata mereka bertemu. Hingga ending ceritanya bisa ditebak.

Kisah ini hanya sebagian kecil dari naskah I La Galigo yang cukup panjang tersebut. Jumlah cerita lisan yang telah ditranskripsikan oleh Colliq Pudjie adalah 12 jilid dan tiap jilidnya adalah berjumlah 2850 halaman. Sisa-sisa naskah yang belum ditranskripsikan tersebar di Gorontalo, Malaysia, Brunei, Singapura dan Leiden. Jadi bisa dibayangkan cerita yang belum selesai ditulis ini seberapa.

Bu Colliq Pudji yang bagi masyarakat Sulawesi dikenal dengan Kartininya Sulawesi ini adalah seorang penulis handal. Mungkin kalau sekarang bisa se frekwensi dan se server denganku. Eh..

Ternyata beliau tidak sendiri, ada seorang pendeta bernama Pak Matthes yang cukup berjasa dalam aktifitas transkripsi naskah Ibu Colliq Pudjie. Bapak Matthes yang seorang pendeta dan pakar Linguistik Bible ini melihat kepiawaian Ibu Colliq sehingga banyak sekali bantuan diberikan pada sang ibu.  Saat itu situasi perang antar suku yang tak menentu didukung dengan kehadiran kolonial yang menghasut, membuat bu Colliq kesulitan untuk menuliskan semua naskah-naskahnya. Dalam keadaan terkucil karena kekejaman kolonial, bu Colliq tak berhenti melanjutkan naskahnya.

Kini kita bisa menikmati tulisan I La Galigo dengan bahagia karena sudah ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia.

 

Meski transkrip lisan dan transliterasi naskah belum selesai.

 

Korea Itu Ada Dua

Mungkin anda salah satu penikmat drakor atau drama Korea yang cukup dikenal di masyarakat milenial belakangan ini. Kalau disebut drakor sebenarnya adalah drama dari Korea Selatan. Sangat mustahil kalau drama itu berasal dari Korea Utarua.

Salah satu contoh drama Korea yang pernah saya lihat adalah Crush Landing on You.  Industri drama dan movie di Korea Selatan memang cukup besar hingga membuat penontonnya benar-benar percaya bahwa film itu benar-benar dibuat di Korea Utara atau setidaknya di perbatasan Korea Utara dan Selatan atau yang disebut dengan Demiliterized Zone.

Padahal boro-boro drakor tersebut dibuat di Korea Utara. Sedang masuk ke Negaranya saja sulit. Hingga pernah terjadi seorang mahasiswa yang meninggal di Korea Utara karena dibunuh. Alasannya pun kurang bisa diterima.

Kita perlu tau pintu-pintu mana yang bisa dimasuki menuju ke negara Korea Utara.  Salah satunya adalah menggunakan jalur darat masuk ke Korea Utara lewat Cina. Dan mahasiswa ini melalui travel agent bisa dengan sukses masuk kesana. Namun kemudian sebuah peristiwa terjadi, mahasiswa ini dipulangkan ke Amerika dalam keadaan koma dan lalu berujung meninggal. Alasannyapun sampai sekarang belum bisa diketahui dengan pasti.

Nah balik ke drama Korea tadi, bercerita tentang seorang gadis yang kesasar masuk menyebrang ke negara Korea Utara. Awalnya gadis ini main paralayang kemudian angin membawanya menuju ke perbatasa Korea Utara hingga akhirnya terjatuh di dekat Zona Demiliterisasi. Gadis ini memang akhirnya diselamatkan oleh para tentara Korea Utara. Dan endingnya sudah bisa ditebak.

Dari situ bisa disimpulkan bahwa betapa sederhananya bahasa, budaya dan kegiatan masyarakat Korea Utara. Jauh berbeda dengan saudaranya yaitu Korea Selatan. Mungkin bisa dibilang lebih konservatif (baca: ndeso). Suasana di Korea Utara sepertinya agak mencekam. Banyak aturan-aturan yang tidak masuk akal. Seperti tidak adanya internet,  jarang nya listrik dan kabel telpon. Tidak banyak pengguna HP android.

Kok miris ya..

Semenanjung yang terbelah menjadi dua ini ternyata memang menjadi berbeda secara signifikan. Satu dikuasai Uni Sovyet yang komunis dan satu dikuasai Amerika yang kapitalis. Uni Sovyet mungkin gak jauh beda dengan Korea Utara, agak sedikit konservatif gitu. Tapi bagaimanapun sudah meluncurkan apolo Soyus, lebih cepat dari negara-begara lain.

Cerita menjadi semakin rumit setelah gadis Korea Selatan ini kepincut tentara dari Korea Utara. Nah ada adegan yang begitu dramatik yaitu saat perpisahan mereka di perbatasa Korea Utara Selatan tepatnya di jalan Tol dimana disana adalah Zona Demiliterisasi.  Di sebelah utara garis dijaga oleh tentara-tentara Korea Utara yang dikenal sadis, dan di sebelah Selatan gari dijaga oleh tentara Korea Selatan. Gadis ini berteriak memanggil kekasihnya yang berada di Utara garis. Dan endingnya bisa ditebak.

 

Istilah Islam Nusantara

Setiap individu itu, siapa pun orangnya dan apapun keadaannya, ia tidak akan mengalami atau terjadi pada dirinya suatu problematika dan persoalan apapun, terhadap istilah apapun dan dari manapun istilah itu berasal; Dengan catatan, jika masing-masing individu yang bersangkutan tidak mengalami problematika diri, karena telah memproblem atau mempersoalkan sesuatu yang di luar dirinya. 

Islam Nusantara, hanyalah sebuah istilah yang dimunculkan oleh pihak tertentu, yang sudah barang tentu mempunyai maksud tertentu, serta untuk kepentingan dan tujuan yang tertentu pula. Dan sudah barang tentu juga, istilah apapun yang berupa perkataan dan pernyataan atau tulisan, ia tidak lebih hanyalah sekedar untuk memberikan penjelasan terhadap Islam itu sendiri, untuk didapatkan penjelasan yang lebih jelas. Oleh karena, ia sekedar penjelasan, maka penjelasan berupa apapun dan oleh siapapun, itu tidak definitif alias, penjelasan itu, tidak akan ada finalnya. Maka, penjelasan berupa apapun dan oleh siapapun, itu masih memungkinkan untuk dijelaskan lagi oleh siapapun, agar didapatkan sebuah penjelasan yang lebih jelas lagi; Begitu dan seterusnya.

Oleh karenanya, apapun istilah yang dipergunakan untuk Islam, apakah Islam Nusantara, Islam Berkemajuan dan bahkan juga Islam Kejawen, Islam Kesumatran atau apapun istilahnya, tetaplah ia Islam yang damai dan mendamaikan, sehingga tercipta sebuah kerukunan, demi hilang dan tiadanya pertengkaran antar satu orang dengan yang lainnya, agar didapatkan sebuah ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia yang fana’ ini, sehingga seseorang bisa berbahagia kelak menuju dan sampai kembali ke hadirat Allah swt. 

Artinya, bagaimana Islam itu, mewujud ke dalam kehidupan yang damai dan sejahtera pada masing-masing individu orang; Dan, tidak terjadi bertengkaran antar satu orang dengan yang lainnya, sehingga timbul rasa pada diri  masing-masing individu orang tersebut, sebuah ketenangan dan kebahagiaan, ia bukan terletak pada istilah Islam itu, yang menentukannya. Akan tetapi, nilai dan ruh Islam itu sendiri, sangat bergantung erat dengan individu masing-masing orang yang bersangkutan. Apakah individu seseorang itu bersedia untuk berdamai diri, sehingga bersedia pula untuk berdamai terhadap orang lain, demi terciptanya hidup yang rukun dan damai serta sejahtera, semuanya dikembalikan kepada masing-masing diri individu orangnya, bukan pada istilahnya, baik berupa tulisan atau pengumuman dan sejenisnya.

Maka, sebenarnya Islam adalah wujud kedamaian diri seseorang yang bersedia untuk berdamai dengan orang lain, apapun Istilahnya yang dipergunakan. Sebab, istilah itu didapatkan atau dirumuskan oleh seseorang berdasarkan pengamatan dan sejenisnya  terhadap kejadian tertentu pada lokal dan budaya tertentu. Islam adalah produk Allah dan ia yang di sisi Allah, sehingga tidak terjadi di dalamnya perbedaan apapun. Sedangkan istilah, apapun itu namanya, ia adalah produk manusia yang sudah barang tentu berbeda-beda antar satu orang dengan yang lainnya.

Kenapa Ngapaq-Ngapaq

Mungkin dari sekian diantara kita memahami lebih dari satu bahasa lokal. Semisal beberapa orang di Jawa bisa berbahasa Sunda, Jawa dan bahasa Ngapaq. Hal ini tak lain adalah karena pengguna ketiga bahasa lokal tersebut tinggal di zona perbatasa-perbatasan dimana bahasa mengalami pergeseran.

Seperti misal orang-orang yang tinggal di Cilacap, Tegal, Kebumen, Brebes yang notabene ini adalah masuk di propinsi Jawa Tengah. Kebanyakan masyarakat Jawa Tengah adalah pengguna bahasa Jawa atau Boso Jowo dimana bahasa ini memang digunakan oleh umumnya masyarakat Jawa Tengah. Bahasa Jawa berkarakter halus dan memiliki Speech levels lebih dari satu. Sehingga para pengguna bahasa Jawa dengan berhati-hati memilih salah satu level apabila sedang berbicara dengan seseorang. Pemilihan ini berdasarkan siapa yang diajak bicar, umurnya, jenis kelaminnya, sikonnya dll.

Orang-orang yang mampu menggunakan ke 3 bahasa menurut saya adalah manusia luar biasa. Baik bahasa Jawa, Sunda maupun Ngapaq memiliki kekhasan dan kesulitan masing-masing. Bahasa Sunda memiliki kosakata yang cukup berbeda yaitu sejumlah 75% bedanya dengan bahasa Jawa. Dan bahasa Sunda juga memiliki beberapa speech level seperti bahasa Jawa.

Fenomena tiga bahasa diucapkan oleh masyarakat ini terjadi di Kecamatan Bantar Kabupaten Cilacap. Di pasar bisa kita temui para penjual dan pembeli bisa memahami tiga bahasa lokal ini, baik bahasa Sunda, Jawa maupun Ngapaq. Tidak satu bahasapun diantara ketiganya yang lebih baik maupun lebih unggul. LKetiganya digunakan dengan harmonis dan saling mudah memahami.

Warga Cilacap kadang berbicara dengan menggunakan bahasa Sunda di saat-saat tertentu. Begitu juga dengan bahasa Jawa. Bahasa Ngapaq sendiri saat ini menjadi bagian dari budaya masyarakat Cilacap, Brebes, Tegal dan sekitarnya. Seringkali bahasa ini menjadi begitu komersil digunakan di sinetron-sinetron dan iklan layaknya Bahasa Madura. Keduanya sama-sama begitu komersil karena keduanya sama-sama menarik.

Sebagai pengguna Bahasa Jawatimuran khususnya Boso Malangan, saya bisa dengan mudah memahami Bahasa Ngapaq karena memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan yaitu perubahan dari huruf vokal O menuju huruf vokal A. Beberapa kosakata yang saya temui di Bahasa Ngapaq ternyata adalah kosakata yang sudah lama tidak terdengar di Bahasa Malangan yaitu :

cihuy |cihui|

yahud |yahut|

asik |asiq|

asoy |ashoi|

dan beberapa kosakata yang sudah menghilang dari peredaran bahasa Malangan.

Sungguh unik belajar bahasa dan budaya lokal khas Indonesia

Sifat Tak Baik

Yang jelek dan jahat itu, bukan dirinya manusia, akan tetapi sifatnya manusia yang suka mengeluh, gelisah, tergesa-gesa dan sejenisnya, itulah yang menimbulkan perbuatan jelek dan kejahatan, sehingga manusia menjadi jelek dan jahat.

Dirinya manusia, yang di situ terdapat iman kepercayaan Allah, yang bisa diketahui oleh ilmu dan bisa dirasakan oleh nikmatnya, tidaklah jelek dan tidak jahat.

Berbagi sifatnya manusia yang jelek dan jahat, itulah yang musti dipimpin oleh iman, ilmu dan nikmatnya, sehingga manusia yang bersifat suka bertengkar, suka menyerang orang lain, suka mencemooh dan mencela siapa saja selain dirinya itu, menjadi mengikuti imannya yang shidiq, amanah, tabligh dan fathonah yang bisa dicontrol oleh ilmu dan nikmatnya yang ada di dalam dadanya.

Oleh sebab itu, di dalam berbagai kesempatan ketika Nabi Muhammad saw menyampaikan khutbahnya, beliau selalu memperlindungkan berbagai kejahatan dirinya kepada Allah. Sebab, sebenarnya kejahatan itu, tidak berada pada diri orang lain, akan tetapi berbagai kejahatan itu, ada pada diri masing-masing individu orang, yaitu sifat manusia yang terdapat pada diri orang itu sendiri.

Manusia itu ghoib, yang nyata adalah jasadnya manusia. Dan sifat itu, tampak setelah adanya perbuatan, sebab sifatlah yang melahirkan perbuatan dan perbuatan melahirkan nama atau sebutan.

Berbagai sifatnya manusia yang jahat, ketika tidak diperlindungkan kepada Allah oleh iman, ilmu dan nikmatnya, maka ia akan liar sesukanya. 

Ketika ia mengeluh dan tergesa-gesa serta kurang pandai berterima kasih, maka sebutan atau namanya adalah “sifat manusia”. 

Ketika ingin marah-marah, mudah tersulut emosinya dan ingin melenyapkan orang lain selain dirinya, maka sebutan atau namanya adalah “sifat jin”. 

Ketika menyesatkan orang lain selain dirinya, menyusahkan dan berbagai keadaan yang tidak baik pada diri orang lain, itu nama atau sebutannya adalah “sifat syetan”.

Ketika iri dan dengki serta melibatkan dan mengajak orang lain di dalam melakukan kejahatan, itu nama atau sebutannya “sifat iblis”.

Nabi Muhammad saw, menegaskan di dalam sabdanya, sbb :

المؤمن مرآة أخيه، إذا رأى فيه عيبا أصلحه

Mukmin itu cermin saudaranya. Jika terlihat di dalam cermin itu, suatu kejelekan maka mukmin akan memperbaiki (jahat diri) manusianya.

Pada setiap diri manusia itu, ada iman yang bersifat mukmin, itulah yang bersaudara sehingga berkasih sayang (Al Hujurat (49) : 10). Sedangkan sifat manusia itu, tidak untuk dipersaudarakan, tapi untuk saling diperkenalkan antar satu dengan yang lainnya, supaya kebutuhan fisiknya manusia dapat terpenuhi (Al Hujurat (49) : 13).

Maka, ketika seorang melihat orang lain sebuah aib atau kejahatan, sebenarnya aib dan kejahatan tersebut, terjadi karena perbuatan orang lain tersebut yang tidak terpimpin oleh imannya.

Dan jika seseorang tidak mampu menemukan kebaikan yang terdapat pada diri orang lain, sebenarnya orang tersebut masih jahat, karena imannya belum memimpin dirinya, sehingga iman yang bersifat bersaudara itu, terhalang oleh sifat jahatnya sendiri, alias diri orang itu masih dikuasai oleh kejahatan dirinya yaitu sifatnya manusia yang jahat itu.

Sebab pada setiap diri manusia itu, terdapat iman yang hanya bisa diketahui oleh ilmu dan bisa dirasakan oleh nikmat yang ada pada diri masing-masing orang tersebut, siapapun orangnya; Maka, siapapun orangnya jika melihat orang lain tanpa dipimpin oleh imannya, yang terlihat adalah manusia yang tidak terpimpin oleh imannya pula, sehingga saling membenci dan sebagainya sebagai dampak dari sifatnya manusia yang masih menguasai dirinya manusia itu. Sebaliknya, jika seseorang melihat orang lain selain dirinya atas dirinya yang sudah dipimpin oleh imannya, maka ia akan melihat sifat iman yang ada pada diri orang lain itu, yaitu sifat bersaudara dan kasih sayang antar satu dengan lainnya.

Oleh karena itu, semua dikembalikan kepada dirinya masing-masing orang yang bersangkutan, apakah seseorang itu memperlindungkan berbagai kejahatan dirinya kepada Tuhannya dengan iman yang ada di dalam dadanya; Atau sebaliknya, ia justru mengikuti berbagai sifat jahat dirinya, sehingga berdampak pada perkataan dan berbagai perbuatan yang jahat. Di mana, berbagai kejahatan perkataan dan perbuatan tersebut,bisa dirasakan dan bisa diketahui oleh ilmu yang ada di dalamnya dadanya masing-masing orang itu.

Kiroto Boso

“Kiroto”, maksudnya “dikiro” atau lakukan dzikir agar “tumoto” atau tertata. Sedangkan, “boso” adalah bahasa, apakah berupa ucapan atau lisan dan tulisan maupun yang lainnya, seperti Bahasa Isyarat, Bahasa Tubuh dan sebagainya, di mana semuanya itu, merupakan ungkapan sebuah rasa seseorang.

Oleh sebab itu, “kiroto boso”, dimaksudkan adalah bahwa, bahasa itu tidak semata ucapan verbal atau tulisan yang terbaca dan dibunyikan oleh lisan manusia. Akan tetapi, bahasa yang sesungguhnya, itu erat berkaitan dengan rasa yang dihati (dzikir) untuk diperoleh sebuah ketatan atau tertatanya piranti kehidupan di semua sektor kebutuhan dasar hidup diri manusia.

Maka itu, kata kunci dari semua hal berkait tersebut di atas, terdapat pada kata “kiroto” dan “boso”; “dikiro”, lakukan aktifitas dzikir, agar “tumoto-bosomu”, tertata rasamu. Lakukanlah secara terus menerus kegiatan ber-dzikir, demi tertatanya sebuah rasa yang ada di dalam dada manusia, dialah iman, ilmu dan nikmat. 

Karena, kata, “dzikir” atau ingat, merupakan atau menunjuk kepada pekerjaan hati atau rasa, di mana ia berbeda sekali dengan kata, “menyebut”, sebab kata “menyebut”, menunjuk kepada perbuatan lisan. Maka, “dikiroto-boso”, berarti selalu ingatlah oleh rasa atau hidupkan rasa (boso) atau bahasamu, agar kehidupanmu menjadi tertata.

Dalam konteks ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Nabi Agung Muhammad saw, kata “dzikir”, menunjuk akan arti sholat atau hubungan diri mukmin dengan amin di tempat ingatan atau di tempat berhubungan yaitu di Baitullah (QS Thoha (20) : 14), (QS Ali Imron (3) : 96-97), oleh rasa atau nikmat yang bisa diketahui oleh ilmu yang di dalam dada setiap insan atau manusia (QS Al ‘Ankabut (29) : 49), (QS Ar Rahman (55) : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77).

Oleh sebab itu, kata “kiroto boso”, dalam konteks dzikir dan sholat, dimaksudkan adalah lakukanlah dan tegakkan sholat agar diri mukmin selalu ingat di tempat ingatan, sehingga berjumpa dengan yang dingat, yaitu amin melalui rasa nikmat yang bisa diketahui oleh ilmu yang di dalam dada, agar diri mukmin selalu memimpin diri manusia untuk bisa kembali ke asal mulanya, yaitu Allah swt.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِين 

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Al-Baqarah (2) : 45 – 46

Mintalah pertolongan dengan yang sabar dan tegakkan sholat. Sesungguhnya sholat itu sangat berat, kecuali atas (mereka) yang khusyu’; Yaitu, mereka yang telah memperoleh keyakinan, karena telah berjumpa Tuhan mereka dan mereka kembali (ke asalnya).

#DI_KIROTO-BOSO_MU; dzikirkanlah rasamu, agar dirimu tertata, melalui sholat yang tertegakkan oleh mukmin, supaya dirimu bisa berjumpa amin di tempat perjumpaan, yaitu Baitullah. Lalu, dirimu bisa bersama-sama dan diantar olveh amin menuju kembali ke asal muasal diri manusia, yaitu Allah swt.