Gapura Jurug Surakarta yang Legend

Gapura Jurug

Surakarta atau Solo sebagai salah satu kota di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam hal bangunan sebagai simbol maupun bangunan yang bersimbol. Kota Solo adalah kota metropolitan modern pertama di Jawa ketika memasuki abad 19 yang pada saat itu kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja yang berkedudukan di keraton Kasunanan dengan gelar Sri Susuhunan Paku Buwana X. Menurut sejarawan Kuntowijoyo, raja saat itu adalah raja yang berintelektual rendah namun memiliki kecerdasan emosional dan cita rasa seni yang tinggi. Kemampuan raja dalam memproduksi simbol dapat disaksikan pada beberapa bangunan di area publik di kota Solo. Salah satu bangunan yang menarik untuk dikaji adalah bangunan penanda batas wilayah sekaligus penanda fungsi akses memasuki suatu kawasan atau lazim disebut gapura.

Bila kita memasuki kota Solo dari arah timur, kita akan menemui satu batas kota yaitu Gapura. Salah satunya adalah Gapura Jurug yang dibangun sejak pemerintahan Paku Buwono X atau sekitar 1893 sampai 1939 memiliki nilai filosofis bagi keraton sebagai jalan yang harus ditempuh untuk menghadap raja.

Ada pula Gapura Gladak. Gapura Gladak, dibangun pada 1913 pada saat akan diadakan upacara hari kelahiran Sri Susuhunan Pakubuwono X pada usia 48 tahun. Gapura tersebut kemudian dibangun lagi pada waktu PB X berusia 64 tahun, pada masa ini gapura ini dibangun sebagai bentuk persembahan komunitas Eropa yang tinggal di Kota Solo.
Hari ini tanggal 14 Maret, tanpa disangka-sangka, bangunan kuno peninggalan Raja Pakubuwono X ini rusak tertabrak bis BST. Ditengarai supir bus mengantuk hingga tidak disengaja menabrak bangunan bersejarah ini. Bangunan setebal hamper 1 meter ini bagaimanapun tumbang juga oleh datangnya bus BST dari arah Barat.

Gapura tertabrak BST

Mudah-mudahan pemerintah kota Surakarta bisa mengatasi kerusakan gapura legendaris ini dan mengembalikan ke bentuk semula seperti saat Pakubuwono membangun batas kota Solo tersebut.

#gapura

#gapurajurug

#surakarta

#thespiritofjava

Filsafat di Kasus Sambo

Kasus Bharada

Bayangkan saat kita menendang bola lalu bola itu mengenai kaca jendela lalu pecah. Pertanyaannya siapa yang memecahkan kaca, saya atau bola. Lalu coba anada bayangkan kasus Ferdy Sambo. Sambo menyuruh atau tepatnya memerintahkan Richar Eliezer untuk menembak Brigadir Joshua. Dan Joshua tewas seketika. Maka siapa sebetulnya siapa yang membunuh Brigadir Joshua?

Jika menggunakan analogi bola dan kaca itu, mestinya yang membunuh adalah Ferdy Sambo. Atau bahasa yang biasa dipakai adalah aktor utamanya. Tapi benarkah demikian? Karena bola dan Richard Eliezer adalah dua hal yang berbeda. Bola tanpa kesadaran, sementara Eliezer adalah manusia yang berkesadaran. Lalu sejauh mana kesadaran Eliezer itu mendorongnya untuk menembak Joshua?

Inilah yang dibahas tiga ahli dalam sidang beberapa waktu lalu yang meringankan Eliezer. Disitu ada ahli filsafat atau filsuf, Romo Magnis Suseno  dimana jarang sekali persoalan filsafat seperti ini dibawa ke persidangan. Baru kali ini saya mengetahui pengadilan membawa saksi ahli dari kalangan filsuf. Ada juga ahli Psikologi Klinis, Liza Mareli dan ahli Forensik, Reza Indragiri.

Saya setuju dengan pandangan orang bahwa ketiga ahli itu sangat luar biasa memberikan penjelasan, baik pembuktian rasionalnya maupun pembuktian ilmiahnya atas proposisi-proposisi yang mereka kemukakan. Artinya mengikuti penjelasan-penjelasan mereka itu membuat kita menjadi lebih cerdas, kata orang-orang yang kuliah 6 SKS.

Dipandang dari analogi bola, bola dianggap sebagai sebab langsung dan orang yang menendang disebut sebagai sebab tidak langsung. Kalau sekilas dibandingkan dengan kasus Sambo, Sambo adalah sebab tidak langsung dan Eliezer adalah sebab langsung bagi tertembaknya Brigadir Joshua.

Hanya saja yang saya tau dalam hukum itu yang dicari adalah penyebab utama atau aktor intelektual atau aktor yang memiliki kesadaran. Jadi kalau ada orang yang membunuh dengan pisau maka pisau tidak bisa dihukum karena tidak berkesadaran. Dan ia hanya menjadi alat, jadi yang dihukum adalah orang yang menggunakan piusau itu.

Jika Eliezer diibaratkan sebagai pisau yang digunakan oleh Sambo untuk menghabisi Joshua maka Eliezer tidak bisa dihukum karena dia hanya menjadi alat. Tapi benarkah Eliezer itu adalah alat yang tak punya kehendak untuk mennetukan sikap bebasnya untuk menolak atau mengiyakan perintah Sambo.

Disinilah pembuktian ahli yang dilakukan oleh Magnis Suseno, Liza Mareli dan Reza Indragiri, ketiganya memberikan penjelasan kuat bahwa Eliezer itu adalah alat yang digunakan oleh Ferdy Sambo .

Romo Magnis menggunakan pendekatan Etika Kantian yang secara nurani ada yang disebut Impratif kategoris yang mendorong manusia untuk berbuat baik. Tetapi kesadaran berbuat baik ini bisa diabakan ketika seseorang dalam kondisi terdesak mendapat perintah dari atasannya. Eliezer adalah polisi dengan pangkata yang paling rendah. Adapun Sambo adalah polisi dengan pangkat Jendral, maka kesadaran etik apapun tak mungkin seorang Barada melanggar perintah Jendral.

jadi dengan demikian tindakan Eliezer menembak tersebut tanpa kesadaran bebas dari dirinya. Jadi dia tidak sedang dalam menjalankan kehendak dia sendiri. tetapi sedang menjalankan kehendak Ferdy Sambo. terlebih setelah kejadian, Eliezer mau mengakui kesalahannya dan siap menjadi justice collaborator.

Bagi Liza Mereli, ada bagian otak yang disebut Lobus Frontalis. Bagian ini seharusnya berfungsi membuat penilaian dan analisa bagi setiap individu. tetapi tidak berfungsi apabila dalam kondisi tertekan. Dan bagi Reza Indragiri, tak ada perbuatan seseorang yang terjadi di ruang hampa yang dipengaruhi oleh hal-hal lainnya.

Upaya yang dilakukan oleh para ahli ini adalah memperkuat dan membuktikan bahwa sebenarnya Eliezer itu adalah alat yang digunakan oleh Ferdy Sambo.

#ferdysambo

#richardeliezer

#brigadirjoshua

#magnissuseno

#rezaindragiri

#filsafat

 

Mengapa ada Kantong Kecil di Saku Jeans?

Saku kecil dalam celana jeans

Semuanya disebut mulai dari kantong koin hingga kantong tiket, tapi inilah kisah nyatanya. Kamu mungkin mengira ini hanya sekedar desain atau tempat naruh koin.

Kantong-kantong kecil di jeans? Anda mungkin salah satunya yang selalu bertanya-tanya. (Seperti, apa arti huruf YKK di ritsleting Anda?) Sekarang, Anda mungkin sudah menyerah untuk mencoba menggunakan saku kecil itu karena terlalu kecil untuk memuat apa pun yang sebenarnya Anda butuhkan. Kantong kecil itu muncul di akhir tahun 1800-an.

Mengapa jeans memiliki saku kecil?

Kantung kecil ini sebenarnya disebut kantung jam tangan karena memang awalnya dimaksudkan sebagai tempat yang aman bagi pria untuk menyimpan jam sakunya. Ini berasal dari jeans pertama Levi, yang memasuki pasar pada tahun 1879. Jeans diciptakan untuk para pekerja penambang , mereka sangat membutuhkan jam untuk melihat waktu, terutama dalam goa yang cukup gelap, Saat itu jam saku adalah merupakan barang mewah dan langka. Para pekerja meletakkan jam di saku kecil itu untuk melindungi jam tersebut terkena goresan. Saat itu jam tangan masih sangat asing, yang ada jam saku ini.

Menurut blog Levi Strauss, awalnya hanya ada empat kantong pada celana jeans biru, termasuk kantong jam tangan.

Jadi lain kali anda menemukan diri anda berdiri dengan acuh tak acuh dengan ibu jari anda di saku kecil itu, ketahuilah bahwa itu awalnya digunakan untuk menyimpan arloji saku. Sekarang setelah kami mengungkap kantong jean kecil, temukan lebih banyak fakta menarik dan menyenangkan yang tidak pernah Anda ketahui.

#ykk

#levis

#smallpocket

#jeans

Bagaimana Mitos Menurut Roland Barthes?

Roland Barthes

Kali ini tulisan saya mengenai Mitos. Kurang paham belakangan ini mitos menjadi kajian yang cukup menarik,  Dan Sepertinya kita suka sekali bicara tentang mitos. Mungkin karena masih ada hubungannya dengan pawang hujan beberapa waktu lalu di Mandalika.  Di abad kontemporer ini berbeda memandang mitos dibandingkan dengan abad modern. Abad modern yang objektif menganggap mitos adalah sesuatu yang primitif, yang tidak masuk akal dan tidak rasional karena itu perlu dibuang jauh-jauh.

Tetapi rupanya abad kontemporer berbeda melihat mitos sebagai sesuatu yang disamakan dengan sains yang alih-alih perlu dibuang jauh-jauh, namun justru mitos perlu melengkapi cara hidup manusia.

Bagaimana cara kerja mitos? Ada satu pemikir yang menarik menurut saya di abad kontemporer yang membicarakan tentang cara kerja mitos. Dia adalah Roland Barthes, salah satu pemikir dari Perancis. Bagi Rolan Barthes, mitos itu bukan sebuah ide, bukan gagasan, dan bukan objek. Mitos bagi Barthes adalah suatu cara untuk menyampaikan ide , gagasan atau objek. Dalam hal ini mitos sangat dekat dengan bahasa yaitu menjadi penanda dari sesuatu. Perbedaannya adalah bahasa terletak pada level denotatif atau makna yang sesungguhnya. Sementara mitos berada pada makna yang kedua, atau yang disebut makna konotatif atau makna kias dan atau makna metaphora nya.

Misalnya contoh, bila kita melihat sebuah kacamata, secara denotatifnya kaca mata itu adalah alat bantu untuk melihat bagi mereka yang memiliki persoalan dengan penglihatannya. Tetapi menjadi berbeda bila kacamata ini dipakai oleh seseorang dalam sebuah pertunjukan film lalu mengkiaskan atau memetaphorkan orang itu seolah-olah adalah jenius, maka kacamata pada tahapan kedua ini tidak lagi bermakna denotatif.  Dia justru sudah hadir sebagai mitos.

Sehingga mitos bagi Roland Barthes memang adalah persoalan pertandaan atau kemudian disebut dengan SIGNIFICATION.

Signification

Bagaimana cara kerja mitos ini sehingga disebut sebagai persoalan pertandaan (semiotika) atau signification?

Dalam hal ini Roland Barthes sebagai pemikir kontemporer dipengaruhi banyak oleh tradisi Linguistik Struktural, Kalau menyebut Linguistik Struktural tentu saja tokoh besarnya adalah Ferdinand de Saussure, salah satu pemikir Linguistik dari Swiss. Saussure mengatakan bahwa dalam satu bahasa atau kata itu memiliki dua bagian. Yang pertama adalah signifier atau penanda dan yang kedua adalah signified atau yang ditandai atau tinanda. Penanda dalam hal ini menurut Saussure adalah citra akustik atau bunyi yang keluar dari pita suara kita, kumpulan bunyi yang digabung menjadi suatu ujaran kata.

Misal : K.U.D.A.

Tinandanya dalam hal ini adalah konsep, bahwa konsepnya adalah hewan berkaki empat, bisa meringkik, memiliki surai di kepala. Dan gabungan antara tanda, penanda dan tinanda disebut pertandaan tahap pertama menurut Roland Barthes. Dan mitos menurut Rolan Barthes ada pada tahapan yang kedua.

Ada konsekwensi yang dialami oleh pertandaan ini sebagaimana konsekwensi yang dialami oleh tanda di tahap pertama.

Misal ada persoalan tentang polysemi.. Contoh tempat duduk sebagai tinanda maka penandanya bisa berupa kursi, bisa meja, bisa galon, bisa lantai dll.  Ini juga terjadi pada mitos. Misal konsepnya adalah orang meninggal Maka bentuknya atau penandanya atau tahap keduanya bisa berupa bunyi burung gagak, ayam berkokok di malam hari,  dimana bisa jadi di tradisi yang lain itu berbeda-beda penandanya.

Pancasila dicontohkan sebagai penanda, Tinandanya adalah burung yang memiliki beberapa buku di ekor, sayap dan leher. Ini di tahap pertama. Lalu kemudian menjadi signification  ketika itu diyakin sebagai satu ideologi, sebagai salah satu gambar atau simbol yang final, yang menyimbolkan segala cara hidup kita di Indonesia. Maka itu berarti adalah mitos.

Dalam buku mitologi Roland Barthes, aliran kiri itu disebut sebagai sebuah mitos. Misalnya revolusi adalah sebuah tanda. tetapi ketika revolusi itu menjadi sebuah aliran maka itu adalah sebuah pertandaan.

#rolandbarthes

#semiotics

#signification

#ferdinanddesaussure

#myth

 

Kenapa Freddie Tak Pernah Betulin Giginya?

Freddie Mercury

Dalam aktifitas baru Bohemian Rhapsody, Freddie Mercury mendekati Brian May dan Roger Taylor setelah band mereka baru saja bubar, dan memberi tahu mereka bahwa dia ingin menjadi penyanyi baru mereka. Jawaban mereka : “Tidak dengan gigi itu, sobat”,  jelas orang-orang disana.

Tapi dia dengan cepat menyusun kembali dan bangkit kembali dengan penjelasan, “Saya lahir dengan empat gigi seri tambahan. Lebih banyak ruang di mulut saya berarti lebih banyak jangkauan.” Setelah memberi mereka demonstrasi menyanyi, Mercury nyatanya mendapatkan peran yang akan membuatnya terkenal.

Dalam kehidupan nyata, Freddie sering dikatakan merasa malu dengan overbite-nya yang besar. “Di layar dia selalu menutupi giginya dengan bibir atasnya atau mengangkat tangan untuk menutupinya,” kata teman dekat dan asisten pribadinya, Peter Freestone. “Dia sadar diri tentang mereka. Di rumah, dia tidak perlu peduli.”

Dengan kekayaan bersih sebesar $60 juta atas kematiannya pada tahun 1991, pada usia 45 tahun, Freddie dapat dengan mudah membayar untuk mengatasi apa yang dikenal sebagai overjet anterior atau maloklusi kelas II, yang mungkin ia warisi dari ibunya. Disebabkan oleh empat gigi ekstra di bagian belakang mulutnya yang mendorong gigi depan ke depan, dia mungkin menderita masalah kesehatan akibat gigi yang merusak mulutnya, dan dia juga harus menghadapi kesulitan makan.

Jadi mengapa dia tidak memperbaikinya? Sepertinya dia benar-benar percaya pada klaim “lebih jauh”. “Kita semua tahu bahwa Freddie Mercury memiliki gigi yang sangat aneh,” kata Rudi Dolezal, ikon TV Austria yang membuat film dokumenter tentang sang bintang. dia mengganti giginya?’ “Dia sangat takut jika dia mengganti giginya, suara  yang khusus akan hilang. Jadi dia lebih peduli dengan suaranya daripada penampilannya, dan saya pikir itu menjelaskan banyak hal tentang pria itu.”

Selama masa hidupnya, Mercury diklaim memiliki rentang vokal empat oktaf yang tidak biasa; dan meskipun argumen itu tampaknya telah dibantah, diperkirakan bahwa dia pasti memiliki teknik menyanyi yang biasa yang menyebabkan gaya penyampaiannya yang tidak salah lagi.

Pendapat terbagi pada subjek apakah dia benar untuk menghindari operasi. “Anatomi secara umum dapat mempengaruhi suara seseorang,” tulis penyanyi pengajar Ms. Chick di Yahoo Answer. “Beberapa orang yang memiliki overbite besar atau buckteeth sering memiliki masalah dengan bentuk vokal, dan bahkan proyeksi suara. Mereka mencoba memberikan kompensasi yang berlebihan… Selain itu, langit-langit lunak, lidah, semua hal di dalam mulut selain gigi lebih dikaitkan dengan nyanyian. Gigi tidak melakukan banyak hal kecuali ada sesuatu yang sangat berbeda dengan gigi.”

Kedokteran gigi Indianapolis menawarkan pendekatan berbeda dalam diskusi tentang kawat gigi. “Pertanyaan yang ingin Anda tanyakan adalah, ‘Seperti apa suara saya saat gigi saya berada di posisi permanen yang baru?’ … hasilnya selalu positif. Dengan lengkungan yang lebih lebar, langit-langit yang lebih lebar, dan gigi yang lebih lurus, Anda akan bernyanyi dengan nada yang lebih penuh dan timbre yang lebih baik.”

Kita tidak akan pernah tahu sejauh mana Merkurius menderita dengan kesadaran dirinya. Seorang pria dengan tantangan kepribadian yang diakui, hampir pasti berkontribusi pada siapa dirinya. Tetapi dihadapkan dengan tidak adanya arahan yang jelas tentang apakah pengobatan akan berdampak negatif pada suaranya – alat musik utamanya – mudah untuk memahami keputusannya untuk pergi sendirian. Ditambah lagi, tentu saja, citra Merkurius dan giginya yang menonjol menjadi ciri khasnya; sedemikian rupa sehingga aktor Rami Malek memiliki set yang dia gunakan Bohemian Rhapsody berlapis emas untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.

Sebagai catatan kaki, gigi asli memberikan layanan penting tambahan bagi dunia rock: ketika Queen membatalkan penampilan TV Inggris sehingga dia dapat mengunjungi dokter gigi untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, tempat mereka diambil alih oleh Sex Pistols, yang terlibat dalam pertengkaran mulut kotor dengan pembawa acara Bill Grundy, kehilangan pekerjaannya, dan memastikan posisi mereka dalam sejarah musik rock.

#freeddiemercury

#bucktoothed

#bohemianrhapsody

Bagaimana Nasib si Asib

Gatsby

Sebuah kendaraan bertype sedan dengan cat warna kuning menyala melintas di jalan dan mondar-mandir saat itu. Ini bukan rekayasa adegan lalu lintas ya. Sedan berwarna kuning ini dikendarai oleh seorang veteran perang bernama Gatsby. Gatsby duduk di dalam sedan miliknya dengan jok mobil berwarna hijau dan sangat terlihat kontras melalu kaca jendela sedan tersebut.

Adegan ini ada di dalam novel yang sangat terkenal berjudul The Great Gatsby. Belakangan novel berprestasi nobel ini difilmkan dengan judul yang sama The Great Gatsby yang diperankan oleh Leonardo de Caprio. Kiranya memang sebagai penonton saya tidak bisa berharap lebih saat menonton novel yang difilmkan. Pembaca novel The Great Gatsby mungkin merasakan sedikit kekecewaan saat harapan tidak menjadi kenyataan. Banyak adegan di dalam novel tersebut yang tidak ditampilkan lengkap dan sempurna.

Maklumlah netizen budiman memang bisa lebih anarkis bila melihat filma tidak sesuai dengan yang tertulis di dalam novel.

Sama persis dengan novel berjudul Ayat-ayat Cinta. Ribuan pembaca saya yakin berharap penuh dengan film yang setting lokasi filmnya berada di India. Dan tidak di Mesir. Sehingga feel tidak dirasakan saat melihat adegan-adegan Ayat-ayat cinta di dalam filmnya. Netizen mungkin tidak tau bahwa ternyata untuk mendapatkan ijin shooting film Ayat-ayat cinta di Mesir cukup sulit hingga produser memutuskan untuk shooting film Ayat-ayat Cinta di India.

Ngomongin orang-orang India, dalam beberapa hari terakhir muncul kejadian unik di dunia nyata, dunianya netizen budiman. Yaitu seorang warga negara India yang datang ke Indonesia untuk melamar gadis pujaannya yaitu seorang dara Wajo, Sulawesi Selatan. Nyatanya setiba Bandara Sultan Hasanuddin Sulsel, seketika itu pula no hp pria yang bernama Asib Ali ini diblokir oleh kekasihnya yang bernama Nisa. Ali bingung dong, secara dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Dan sepertinya memang si perempuan ini sekedar ingin memanfaatkan Ali dengan sedikit tipuan-tipuan kecil. Walhasil Ali sering mengirimkan uang ke rekening Nisa yang naasnya tidak diakui oleh Nisa dan keluargnya. Selama ini dia berkomunikasi dengan Nisa hanya menggunakan aplikasi google translate.

Bedanya dengan Gatsby, dia pulang kampung dan segera menemui kekasihnya. Namun sang kekasih sudah menikah duluan hingga menimbulkan kekecewaan yang cukup dalam. Itulah mengapa Gatsby segera membeli mobil sedan berwarna kuning, berjok hijau agar bisa mondar mandir di depan rumah Daisy (pacar si Gatsby). Tapi apalah daya, Daisy kekasih Gatsby ini sudah menikah. Dan Gatsby hanya bisa caper-caper di depan rumah Daisy.

Nah si Ali cowok India ini justru kehadirannya ditolak mentah-mentah oleh orang tua Nisa. Orang Wajo yang notabene adalah orang Bugis asli, orang Bugis yang menjunjung tinggi adat istiadat beralasan bahwa kedatangan Asib Ali ke rumah Nisa di Wajo adalah suatu kesalahan. Bagi orang Bugis menikah itu melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah. Dimulai dengan melamar yang sangat prosedural dan bersyarat lumayan hingga duduk di pelaminan sebagai pengantin adat Bugis. Biaya perhelatan pengantin adat Bugis ini lumayan besar meski bisa dinego.  Hal itu yang menjadi persoalan mengapa orang tua Nisa tidak menerima Ali walaupun hanya sekedar bertamu lebih dahulu.

#thegreatgatsby

#gatsby

#asibali

#nobelnovel

#nobel

#bugis

#bugiswajo

#uangpanaik

Pain and Pleasure dalam Etika Teleologi

teleologis

Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.

Dalam istilah teleologis manusia itu bertindak dalam dua hal. Pertama mendekati kenikmatan atau pleasure atau menjauhi kesengsaraan atau pain. Jadi apapun ideologinya, apapun madzhabnya, apapun agamanya, bahkan tak beragama sekalipun itu bergerak karena dua hal tersebut. Pain and Pleasure. Hanya saja apa yang membuat nikmat atau apa yang membuat sengsara itu berbeda wujudnya.

Bagi sebagian orang belajar itu kenikmatan, bagi sebagian lain melelahkan karena ada banyak tugas disitu. Bagi agamawan ibadah itu adalah sebuah kenikmatan, seperti ibadah puasa misalnya. Tapi bagi atheis puasa itu adalah kesengsaraan karena tak boleh makan tak boleh minum dan yang lain-lain.

Meskipun manusia bertindak karena pain and pleasure tetapi wujudnya berbeda pada setiap subjektif pada setiap orang.

Sisi negatif dari teleologi ini adalah etika ini akan mampu menarik seseorang ke dalam tindakan yang dapat menghalalkan segala cara demi sebuah tujuan.

#teleologis

#teleologi

#filsafat

#philosophy

#pleasure

 

Benarkah Kaisar Romawi Transgender?

Elagabalus

Adalah Kaisar Romawi Kuno Bernama Elagabalus, seorang kaisar dengan penyimpangan. Siapa Kaisar Elagabalus yang memiliki isu transgender ini? Hmm kita perlu tahu seluk beluknya terlebih dahulu. Elagabalus adalah Kaisar Romawi Kuno yang lahir di tahun 204 M dengan nama Varius Avitus Bassianus. Elagabalus menghabiskan lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Suriah. Hmm berarti orang Arab doi ini..

Ayah Elagabalus bernama Sextus Marius Marcellus, adalah seorang aristokrat Roma yang juga lahir di Suriah. Sextus menikah dengan Julia Soeamaus dan memiliki satu anak, yaitu sang trans-g si Varius Avitus Bassianus. Dan Bassianus inilah yang kemudian menjadi Elagabalus. Keluarga Elagabalus memiliki kekerabatan dengan kekaisaran Roma saat itu, yaitu Kaisar Septemius Severus. Dan waktu kaisar Severeus meninggal di tahun 211, tahta kekaisaran jatuh ke tangan anak tertuanya. Yaitu Carcalla. Namun sayangnya setelah 6 tahun naik tahta, Carcalla dibunuh oleh Macrinus. Macrinus adalah salah satu petinggi kerajaan Romawi saat itu. Macrinus membunuh Carcalla karena ada ramalan bahwa siapa yang membunuh kaisar akan menggantikan kaisar selanjutnya. Dan memang akhirnya Carcalla menggantikan Macrinus menjadi kaisar Romawi. Macrinus selanjutnya bertindak agresif mengusir Julia Donma atau istri Caracalla untuk pergi meninggalkan kerajaan Romawi.

Namun Julia Donma menolak, dia lebih memilih bunuh diri dengan cara mogok makan selama berminggu-minggu hingga akhirnya meninggal juga. Kakak Julia Donma, si Julia Maesa marah besar atas sepeninggal adiknya. Maesa lalu datang ke Roma untuk berbalas dendam atas kematian adiknya. Dia datang bersama dua anak dan dua cucunya. Salah satu cucunya ini yang bernama Bassianus yang nantinya menjadi kaisar Elagabalus.

Nah keluarga ibunya Bassianus, turun temurun adalah keluarga Dewa Baal di Suriah kuno. Dewa Baal adalah dewa Matahari, dewa yang diagungkan di Suriah saat itu. Di Suriah kuno disebut dengan Elah-Gabal.

Ternyata bila ditelusiri secara hermeneutika, kata elah adalah dewa yang bisa jadi sebenarnya dari kata Allah.

Nah Bassianus ini saat masih di Suriah sempat menjadi imam juga di kuil Elah-Gabal. Imam ini bertugas untuk memimpin ritual-ritual keagamaan di kuil Elah-Gabal. Dari namanya sudah ketahuan yah, nama Elagabalus ini dari mana.

Kemudian setelah nenek Bassianus berhasil membawanya ke Roma, akhirnya Bassianus bisa naik tahta menjadi kaisar Roma di tahun 218. Lalu bagaimana cara nenek Bassianus menjadikan nya sebagai kaisar Roma? Rupanya meski nenek-nenek, dia pandai pulak. Si Maesa ini menyebarkan propaganda kepada rakyat Roma bahwa Bassianus itu adalah anaknya Caracala. Rumor dibuat bahwa Bassianus ini adalah anak hubungan gelap dengan sepupunya sendiri. Para senat di Roma percaya akan hal ini, sehingga mereka yakin bahwa Bassianus adalah pewaris tahta Roma. Dan ya udah, Bassianus diangkat sebagai kaisar di umur 14 tahun tanpa memiliki latar belakang ilmu kekaisaran sama sekali.

Bassianus naik tahta akhirnya dan merubah namanya menjadi Marcus Aurellius Antonius Agustus. Padahal nanti akhirnya juga mampus.. eeh.

Orang orang lebih mengenal Bassianus dengan Elagabalus atau Heliogabalus. Perubahan nama tersebut seiring dengan dipaksanya semua pejabat istana untuk menyembah Elah-Gabal, dewa Matahari Suriah kuno. Namun konsekwensinya berat karena bila tidak mau pindah agama, maka kepala mereka menjadi taruhannya alias dipenggal.

Elagabalus pun berani memenggal patung-patung Dewa Jupiter di kerajaan Romawi, perlu diketahui Dewa Jupiter adalah dewa yang disembah kala itu. Lucunya patung-patung Jupiter ini kepalanya diganti dengan kepala Elah-Gabal. Sebenarnya kepala Jupiter dan Elah-Gabal gak sama. Jadi yang terjadi adalah badannya besar, kepalanya kecil. Pilus pilus pilus.. 😊

Elagabalus kemudian disarankan menikah oleh ibu dan neneknya dengan seorang Wanita putri bangsawan Roma bernama Julia Paula. Pernikahannya dilaksanakan pada tahun 219. Namun nahas pada tahun 220 pernikahan tersebut harus berakhir. Hal ini karena Elagabalus ingin menikahi Wanita lain Bernama Aquilia Severa. Pernikahan kedua ini adalah awal krisis Elagabalus karena dia menikahi perawan Vestal, yaitu wanita yang berniat dari sejak awal untuk tidak menikah atau tetap perawan. Vestal adalah dewi perapian, dewi rumah tangga dan dewi yang tetap menjaga keperawanannya. Segitunya ya menjaga harkat dan martabaknya..

Keputusan menikahi Julia Paula membuat dia semakin tidak disukai oleh rakyat Roma karena dia dianggap menistai seorang wanita yang menjaga martabak dan harga dirinya. Hal ini sama pula dengan menistakan dewa-dewinya. Dewa dewi jadi ingat nama toko di Blitar ya..

Nah biasanya perawan Vestal yang melanggar ikrarnya yang harus menjaga kesuciannya, itu harus menanggung konsekwensi dibakar hidup-hidup. Tapi dalam hal ini hukum tersebut tidak berlaku ya, karena yang menikahi Julia dan melanggar peraturan itu adalah kaisarnya dong.

Namun masalah muncul, Julia dan Elagabalus berjanji untuk tidak memiliki anak. Hal ini membuat Maesa si nenek berpikir keras, karena saat kaisar meninggal, tidak ada pemimpin pengganti. Pemimpin akan diberikan kepada keluarga lain. Ini yang membuat Maesa resah. Akhirnya Maesa menyuruh Elagabalus untuk menikahi Annia Faustina. Namun bukannya punya anak, Elagabalus menceraikan Annia dan balik rujuk ke Aquilia.

Empat kali nikah bukan berarti menunjukkan keperkasaan nya, Elagabalus justru berpacaran dengan cowok yaitu Hierocles. Hierocles berambut pirang dan mengendarai chariot. DIa berasal dari Anatolia. Urusan rumit muncul, namun sebenarnya hal ini sudah biasa terjadi di imperium Romawi kuno, kaisar suka sama cowok dan juga pacarana sama saudara kandung. Ini merupakan hall umrah saat itu.

Jadi ingat umat nabi Luth..

Nah di dalam sejarah kekaisaran Romawi kuno, mereka sangat menjunjung tinggi maskulinitas. Terutama untuk urusan per-LGBT an. Jadi seorang kaisar Romawi harus menjadi atau berfungsi sebagai cowok, berfungsi dominan atau berfungsi sebagai T. Bingung juga menjelaskan hal ini. Tapi tau maksudnya kan.. Dan sebenarnya orang-orang Romawi tidak menyukai cowok feminin atau cowok yang bertingkah layaknya perempuan. Padahal di dalam sejarah dikatakan bahwa Elagabalus adalah transgender. Bukan transexual. Apa ya beda transgender dengan transexual?

Kalau transgender itu adalah orang yang merasa identitas gendernya beda dengan identitas kelaminnya. Nah kalau transexual adalah sebutan buat transgender yang ingin merubah jenis kelaminnya. Elagabalus ingin lakukan itu, yaitu merubah status transgendernya menjadi transexual. Namun karena belum ada teknologinya saat itu, dia berusaha tampil beda dengan cara tampil seperti wanita. Dia memakai gaun dari sutra yang didatangkan dari cina, memakai wig, menyukur rambut kaki dan memakai payudara palsu. Nah kalau sudah cosplay cewek anggun,  Elagabalus jalan-jalan nongki-nongki dengan pacarnya, si Hierocles. Layaknya di Citayam Fashion.

Rekonstruksi Elagabalus

Elagabalus pun semakin kehilangan wibawa karena sifat rumitnya yang LGBT, feminine, manja, dan membuang-buang harta dengan cara melemparkan kepingan emas ke rakyat dengan bebas. Pasukan pretorian lebih mendukung calon kaisar selanjutnya yaitu Alexander.

Hidup Elagabalus memang berakhir pedih, mayatnya diseret telanjang keliling kota Roma bersama dengan ibunya. Lalu dibuang di sungai Tiber. Tamat sudah Riwayat Elagabalus.. Seorang Kaisar Romawi kuno berlatar LGBT.

Ada ajah..

#elagabalus

#transgender

#transexual

#LGBT