Sholat Khusyu

Kata “sholat”, secara asal dan usul bahasa, artinya sambung hubungan. Kemudian, kata “khusyu’, berarti tenang, tenteram dan bahagia. Sehingga, “sholat khusyu’, bisa diartikan, sambungnya hubungan yang menenangkan, menentramkan dan membahagiakan. 

Dengan demikian, maka jika sholat atau sambung hubungan, pasti khusyu’ dan jika tidak sholat berarti, tidak sambung hubungan dan tidak khusyu’ atau tidak bahagia.

Oleh sebab itulah, “sholat” berarti pula, “bertemu” atau “berjumpa”, untuk bisa kembali ke asal mula (Al Baqoroh (2) : 45 – 46). Kalau tidak bisa bertemu atau berjumpa, maka tidak akan bahagia dan jika tidak bahagia, maka tidak akan bisa kembali ke asal mula.

Lalu, siapa dan dengan siapa yang bertemu itu, di mana tempat pertemuan dan ke manakah kembali ke asal mulanya, serta siapa yang berbahagia..?.

Yang bertemu adalah mukmin, dengan amin Rasul utusan Allah di Baitullah, karena sholat yang tertegakkan olehnya (mukmin) (Al Mu’munin (23) : 1- 2) (Ali Imron (3) : 96 – 97). Kemudian, kenapa bertemunya mukmin dengan amin di Baitullah, dan tidak langsung saja mukmin bertemu dengan Allah Yang Maha Esa..?.

Mukmin bertemu dengan amin di Baitullah, melalui sholat yang tertegakkan oleh mukmin, untuk diantar oleh amin kembali menuju bersatu dengan Allah. Sebab, Allah itu (al Mashiir), tempat kembalinya asal muasal segala sesuatu, bukan tempat pertemuan atau perjumpaan. Itulah, yang dimaksudkan dengan “wasilah”, artinya untuk bisa kembali kepada Allah, dengan dan melalui “wasilah” rasul utusan Allah (Al Maidah (5) : 35).

Baitullah itu ghoib, yang nyata adalah Ka’bah dan ia sebagai tanda atau alamat di mana Baitullah itu, berada. Ka’bah, merupakan bangunan yang terbuat dari batu, di bangun okeh Nabi Ibrahim as, bersama putranya yang  bernama Nabi Ismail as, di mana keduanya berasal dari suku Ka’b, maka bangunan berbentuk kubus dari batu tersebut, diberi nama dengan menisbatkan dari mana kedua Nabi tersebut berasal, yaitu Ka’b atau Ka’bah. 

Kemudian, pintu masuk ke Baitullah adalah Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang secara dzat adalah jelmaan Malaikat (cahaya) yang bertugas khusus dan berfungsi sebagai pencatat (daftar hadir, cctv, photo dan atau finger print serta sejenisnya), bagi mukmin yang memasuki Baitullah lewat sholat yang tertegakkan ( Bani Israil (17) : 80).

Lalu, siapakah mukmin itu, sebenarnya..?.

Dialah hamba Allah, yang ada di dalam hatinya manusia yang bersifat iman, ilmu dan nikmat (Al Baqoroh (2) : 2 – 3), (Al A’nkabut (29) : 49),  (Ar Rahman (55) : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77).

Artinya, sholat itu pasti khusyu’, karena sholat adalah sambungnya hubungan hamba Allah, bernama mukmin dengan amin di Baitullah (tempat pertemuan) dan khusyu’ itu, berarti bahagia.

Maka, mukminlah yang menyatu (wahhada) dengan amin (tauhid) di tempat kesatuan (Baitullah) melalui sholat yang tertegakkan, untuk bersama-sama diantar oleh amin rasul utusan Allah, menuju bersatu kembali dengan Allah Maha Ahad.

Kemudian, manusia dengan berbagai sifatnya yang ingkar, suka mengeluh, tidak sabaran dan lemah serta berbagai sifatnya manusia yang lainnya, ketika dipimpin oleh imannya yang benar dan terpercaya, dipimpin oleh ilmunya yang yang selalu mengetahui akan kesalahan dan kebenaran serta dipimpin oleh nikmatnya yang selalu merasakan dan tiada dusta, maka manusia dengan berbagai sifatnya yang ingkar dan jahat seperti tersebut di atas, menjadi mengikuti iman, ilmu dan nikmatnya sehingga tegak sholat atau hubungannya dengan amin di Baitullah. 

Itulah, yang maksudkan dengan, “Allahu Akbar”, kemudian “wajjahtu” atau aku menghadapkan diri sifat manusiaku dst.

Lalu, kapan sholat itu, tertegakkan dan dilaksanakan..?. 

Sholat ketika dilaksanakan secara terus menerus, disebut dengan “sholat daim” (mudawamah-Al Ma’arij (70) : 19, 20, 21, 22, 23 ) yang berfungsi untuk menghilangkan sifat keluh kesah dan sejenisnya pada dirinya manusia. Kemudian, sholat ketika dilaksanakan secara rukun oleh anggota badan manusia dan berkaitan dengan waktu, disebut, dengan “sholat lima waktu”, sholat malam, sholat pagi dan seterusnya yang berfungsi untuk peringatan. Karena berfungsi untuk peringatan, maka waktu, tata cara, proses dan prosedurnya serta yang berkaitan dengannya, sudah ditentukannya. Jika sholat dilaksanakan pada waktu Maghrib, maka disebut sholat Maghrib yang waktunya, bilangan rokaatnya dan sebagainya, semua sudah tertentu dan ditentukan. Demikian pula, sholat Isya’ dan  seterusnya.

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

 Tha-Ha (20) : 14.

Sesungguhnya Aku adalah Aku, Allah yang tiada tuhan selain Aku, maka sembahlah akan Aku dan tegakkan sholat untuk ingat akan Aku. 

Oleh karena itu, sholat disebut juga dengan amalan yang bersifat “fardhu ‘ain”, atau wajib atas diri masing-masing individu yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak bisa diwakilkan terhadap orang lain selain diri orang yang bersangkutan. Meninggalkan sholat, disebut  kafir, atau tertutup dan terputus hubungan. 

Dan sholat merupakan amalan yang pertama kali dilihat atau dihisab, jika sholatnya baik dan benar, maka semua amal perbuatan manusia akan baik dan benar, itulah fungsi sholat ketika telah tertegakkan, yaitu tercegahnya seseorang dari perbuatan keji dan mungkar ( Al ‘Ankabut (29) : 45). Sebaliknya, jika sholatnya rusak, maka seluruh amal perbuatan manusia akan rusak.

Jadi, sholat khusyu’ itu, sholat daim, sholat rukun lima waktu dan waktu-waktu yang lainnya seperti sholat Tahajud, sholat  Dhuha dan sebagainya serta sholat tegaknya hubungan mukmin dengan amin di Baitullah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *