
Setiap individu itu, siapa pun orangnya dan apapun keadaannya, ia tidak akan mengalami atau terjadi pada dirinya suatu problematika dan persoalan apapun, terhadap istilah apapun dan dari manapun istilah itu berasal; Dengan catatan, jika masing-masing individu yang bersangkutan tidak mengalami problematika diri, karena telah memproblem atau mempersoalkan sesuatu yang di luar dirinya.
Islam Nusantara, hanyalah sebuah istilah yang dimunculkan oleh pihak tertentu, yang sudah barang tentu mempunyai maksud tertentu, serta untuk kepentingan dan tujuan yang tertentu pula. Dan sudah barang tentu juga, istilah apapun yang berupa perkataan dan pernyataan atau tulisan, ia tidak lebih hanyalah sekedar untuk memberikan penjelasan terhadap Islam itu sendiri, untuk didapatkan penjelasan yang lebih jelas. Oleh karena, ia sekedar penjelasan, maka penjelasan berupa apapun dan oleh siapapun, itu tidak definitif alias, penjelasan itu, tidak akan ada finalnya. Maka, penjelasan berupa apapun dan oleh siapapun, itu masih memungkinkan untuk dijelaskan lagi oleh siapapun, agar didapatkan sebuah penjelasan yang lebih jelas lagi; Begitu dan seterusnya.
Oleh karenanya, apapun istilah yang dipergunakan untuk Islam, apakah Islam Nusantara, Islam Berkemajuan dan bahkan juga Islam Kejawen, Islam Kesumatran atau apapun istilahnya, tetaplah ia Islam yang damai dan mendamaikan, sehingga tercipta sebuah kerukunan, demi hilang dan tiadanya pertengkaran antar satu orang dengan yang lainnya, agar didapatkan sebuah ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia yang fana’ ini, sehingga seseorang bisa berbahagia kelak menuju dan sampai kembali ke hadirat Allah swt.
Artinya, bagaimana Islam itu, mewujud ke dalam kehidupan yang damai dan sejahtera pada masing-masing individu orang; Dan, tidak terjadi bertengkaran antar satu orang dengan yang lainnya, sehingga timbul rasa pada diri masing-masing individu orang tersebut, sebuah ketenangan dan kebahagiaan, ia bukan terletak pada istilah Islam itu, yang menentukannya. Akan tetapi, nilai dan ruh Islam itu sendiri, sangat bergantung erat dengan individu masing-masing orang yang bersangkutan. Apakah individu seseorang itu bersedia untuk berdamai diri, sehingga bersedia pula untuk berdamai terhadap orang lain, demi terciptanya hidup yang rukun dan damai serta sejahtera, semuanya dikembalikan kepada masing-masing diri individu orangnya, bukan pada istilahnya, baik berupa tulisan atau pengumuman dan sejenisnya.
Maka, sebenarnya Islam adalah wujud kedamaian diri seseorang yang bersedia untuk berdamai dengan orang lain, apapun Istilahnya yang dipergunakan. Sebab, istilah itu didapatkan atau dirumuskan oleh seseorang berdasarkan pengamatan dan sejenisnya terhadap kejadian tertentu pada lokal dan budaya tertentu. Islam adalah produk Allah dan ia yang di sisi Allah, sehingga tidak terjadi di dalamnya perbedaan apapun. Sedangkan istilah, apapun itu namanya, ia adalah produk manusia yang sudah barang tentu berbeda-beda antar satu orang dengan yang lainnya.