Semakin bertambah jumlah sosial media dan penggunanya, maka semakin bertambah pula jumlah user atau penggunnya. Trik-trik untuk membuat konten dan menulis konten menjadi sebuah upaya pencapaian yang tidak mudah baik itu berupa video, tulisan untuk blog atau bahkan hanya sekedar foto.
Kali ini ada beberapa video menarik yang saya lihat bahkan berkali-kali karena isinya sangat bermanfaat. Namun memang ada hal-hal unik yang saya lihat dalam dua video ini yang cukup menggelitik untuk dibahas. Salah satunya adalah video tiktok dengan nama akun sebut saja Septi. Si mbak ini memiliki ratusan postingan bertema kuliner. Keunikan video milik Septi dan suaminya ini adalah setting lokasi yang mengambil tema rumah klasik yang terbuat dari bambu. Rumah ini mungkin tidak bisa disebut dengan rumah lengkap, ini hanya sebuah dapur kecil yang terbuat dari dinding bambu. Semua peralatan masak yang dipergunakan terbuat dari tembikar atau tanah liat. Termasuk yang digunakan disana adalah anglo atau kompor tanah liat yang menggunakan bahan kayu bakar. Anglo initidak seperti biasanya digunakan di desa, tetapi anglo ini diletakkan di meja kayu meski dengan kayu bakar yang menyala.
Piring dan peralatan makan lainnya pun menggunakan bahan-bahan tanah liat dan kayu. Bisa jadi mereka mendapat inspirasi dari Dianxi Xiaoge, seorang vlogger kuliner asal Yunan China. Bedanya adalah Dianxi menggunakan peralatan yang total terbuat dari tanah liat dan kayu, hanya periuk dan wajan saja yang terbuat dari besi. Semua bahan masaknya pun terlihat masih asli karena Dianxi memetik dan memanennya sendiri naik turun gunung.
Untuk mbak Septi ini memang semua seperti di setting dan diupayakan agar terlihat asli di desa, Air yang dipergunakan diletakkan di sebuah gentong kecil dan gayung yang terbuat dari batok kelapa, Namun jadi terlihat kikuk saat mengambil air dari dalam gentong kecil ini. Semacam agak ribet dan menyulitkan kameramen.
Beberapa viedo sudah kusimak eh ternyata ada video baru yang mematahkan konsep-konsep video-video sebelumnya. Septi akhirnya mengalah dan mulai berpraktik di dapur modern, menggunakan kompor gas dan peralatan yang cukup mumpuni. Mungkin sebagai viewer suka kritik seperti saya, akhirnya ikut menyerah juga. Ternyata semua itu settingan.
Untuk akun youtube bernama Hidup di Desa, patut saya acungi jempol. Adalah seorang suami istri dengan 1 anak kecil hidup di tengah-tengah hutan, di pinggir sebuah sungai. Sang istri adalah aktor utama dalam video ini karena tema akun youtube ini adalah kuliner. Tema yang selalu kunikmati selama ini. Saya sangat suka dengan semua video pasangan ini, Semua bahan makan yang diolah sebagai konten adalah hasil panen dan petik sendiri. Peralatan yang dipergunakan juga dari bahan-bahan tembikar atau lempung. Seperti sendok kayu, ulekan batu dan piring tanah dan juga beberapa panci tanah liat. Namun memang sebagian peralatan mereka juga ada yang modern seperti mixer, toples-toples kaca dan alat=alat pertanian. Kompor yang dipergunakan adalah kompor kayu bakar atau luweng (Jawa red).
Mereka mempergunakan hampir semua hasil kebun dan sawah untuk konten kuliner. Untuk mencuci semua bahan=bahan masak, pasangan ini membuat semacam pipa bambu yang berasal dari sumber air. Namun bisa juga disambungkan dengan air PDAM agar supaya terlihat semakin alami. Sang istri yang terlihat cukup cekatan dalam mempersiapkan masakan untuk keluarganya.
Mungkin untuk settingan hidup di desa, sekedar saran, gunakanlah baju yang tidak ribet seperti jubah hijab besar dll. Hal ini karena setting hidup di desa lumayan berat, tidak seperti di kota yang tinggal klik saja. Saya kadang agak khawatir saat sang istri memasak di depan luweng yang apinya menyala-nyala, atau saat mencuci bahan masak di air atau sungai yang serba ribet jadinya.
#tiktok
#ikafarihahhentihu