“Kiroto”, maksudnya “dikiro” atau lakukan dzikir agar “tumoto” atau tertata. Sedangkan, “boso” adalah bahasa, apakah berupa ucapan atau lisan dan tulisan maupun yang lainnya, seperti Bahasa Isyarat, Bahasa Tubuh dan sebagainya, di mana semuanya itu, merupakan ungkapan sebuah rasa seseorang.
Oleh sebab itu, “kiroto boso”, dimaksudkan adalah bahwa, bahasa itu tidak semata ucapan verbal atau tulisan yang terbaca dan dibunyikan oleh lisan manusia. Akan tetapi, bahasa yang sesungguhnya, itu erat berkaitan dengan rasa yang dihati (dzikir) untuk diperoleh sebuah ketatan atau tertatanya piranti kehidupan di semua sektor kebutuhan dasar hidup diri manusia.
Maka itu, kata kunci dari semua hal berkait tersebut di atas, terdapat pada kata “kiroto” dan “boso”; “dikiro”, lakukan aktifitas dzikir, agar “tumoto-bosomu”, tertata rasamu. Lakukanlah secara terus menerus kegiatan ber-dzikir, demi tertatanya sebuah rasa yang ada di dalam dada manusia, dialah iman, ilmu dan nikmat.
Karena, kata, “dzikir” atau ingat, merupakan atau menunjuk kepada pekerjaan hati atau rasa, di mana ia berbeda sekali dengan kata, “menyebut”, sebab kata “menyebut”, menunjuk kepada perbuatan lisan. Maka, “dikiroto-boso”, berarti selalu ingatlah oleh rasa atau hidupkan rasa (boso) atau bahasamu, agar kehidupanmu menjadi tertata.
Dalam konteks ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Nabi Agung Muhammad saw, kata “dzikir”, menunjuk akan arti sholat atau hubungan diri mukmin dengan amin di tempat ingatan atau di tempat berhubungan yaitu di Baitullah (QS Thoha (20) : 14), (QS Ali Imron (3) : 96-97), oleh rasa atau nikmat yang bisa diketahui oleh ilmu yang di dalam dada setiap insan atau manusia (QS Al ‘Ankabut (29) : 49), (QS Ar Rahman (55) : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77).
Oleh sebab itu, kata “kiroto boso”, dalam konteks dzikir dan sholat, dimaksudkan adalah lakukanlah dan tegakkan sholat agar diri mukmin selalu ingat di tempat ingatan, sehingga berjumpa dengan yang dingat, yaitu amin melalui rasa nikmat yang bisa diketahui oleh ilmu yang di dalam dada, agar diri mukmin selalu memimpin diri manusia untuk bisa kembali ke asal mulanya, yaitu Allah swt.
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِين
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Al-Baqarah (2) : 45 – 46
Mintalah pertolongan dengan yang sabar dan tegakkan sholat. Sesungguhnya sholat itu sangat berat, kecuali atas (mereka) yang khusyu’; Yaitu, mereka yang telah memperoleh keyakinan, karena telah berjumpa Tuhan mereka dan mereka kembali (ke asalnya).
#DI_KIROTO-BOSO_MU; dzikirkanlah rasamu, agar dirimu tertata, melalui sholat yang tertegakkan oleh mukmin, supaya dirimu bisa berjumpa amin di tempat perjumpaan, yaitu Baitullah. Lalu, dirimu bisa bersama-sama dan diantar olveh amin menuju kembali ke asal muasal diri manusia, yaitu Allah swt.