Linguistik kontemporer dan psikologi sangat kontras dengan anthropologi dalam menyelaraskan diri mereka jauh lebih dekat dengan arus rasionalis dalam pikiran Kant. Pandangan rasionalis Chomsky (1980, 1988) dengan postulasinya tentang struktur mental yang kaya dan bawaan ditargetkan secara ketat untuk bidang bahasa telah dibahas di atas. Memang, posisi Chomsky jauh lebih rasional daripada Kant. Bagi Chomsky, peran pengalaman yang masuk akal dalam menentukan bentuk bahasa cukup marjinal; Strukturnya terutama diproyeksikan dari bawaan dan struktur mental universal. Ahli bahasa lain mungkin tidak setuju dengan Chomsky tentang sifat struktur mental ini, betapa kaya struktur mereka ditentukan atau apakah itu memang unik untuk bahasa, namun mengingat banyak bahasa universal yang dibuktikan dengan kuat, sedikit ahli bahasa saat ini akan membantah kebutuhan akan struktur bawaan dan universal yang mendasari bentuk bahasa manusia. Akan tetapi banyak orang berpendapat tentang peran pengalaman, keadaan seorang anak dalam komunitas berbicara tertentu, dikelilingi oleh orang lain yang berbicara dan menggunakan bahasa dengan sifat struktural bahasa yang lain, cukup penting dalam proses dan hasil perolehan bahasa.
Di dalam psikologi, warisan Kantian mungkin paling transparan. Materi pelajaran psikologi adalah jiwa, dan hal ini diasumsikan dalam disiplin bahwa kapasitas ini sama untuk semua manusia. Psikologi mengasumsikan sebuah mekanisme pemrosesan sentral di dalam semua manusia, melalui kita berpikir, mengalami, dan belajar. Tujuan psikologi adalah untuk menggambarkan mekanisme pemrosesan sentral ini, yang diasumsikan untuk diperbaiki, universal dan abstrak, dengan cara yang paling eksplisit. Kita harus mencapai akses terhadap kapasitas ini dengan mempertimbangkan berbagai efek pembelokkan dari lingkungan yang dibangun secara kultural. Oleh karena itu, praktik – praktik psikologi eksperimental berkisar seputar konteks bebas, novel, dan sering kali berarti rangsangan tanpa rasa sakit – semakin baik untuk mengungkapkan formal universal prosessor pusat. Saat dihadapkan pada perbedaan lintas budaya yang signifikan dalam fingsi kognitif (Cole dan Scribner 1974), psikologi berlindung di Kantian Dogma: (1)apakah ada masalah dalam desain uji, dengan tidak dapat diterima bahan uji dari jenis budaya tertentu, sehingga pro pusat universal prosessor tidak dapat mengungkapkan dirinya sendiri atau (2) prosesor pusat belum dikembangkan sepenuhnya pada masyarakat “primitiv & ‘tertentu, karena desain budaya kapasitasnya ada di sana (Hallpike 1979; lihat juga Lévy-Bruhl 1926). Dalam semua kasus, ide dasar untuk mengatasi kecenderungan kinerja ini secara berurutan untuk mengungkap bentuk abstrak yang sebenarnya dan aktivitas dari pusat yang telah diberikan sebelumnya-perangkat pengolah biasa untuk semua manusia.
Apabila ditelaah dari sudut pandang budaya dan suku di Indonesia, misalnya suku Tengger dimana mereka memiliki budaya, pola pikir dan keunikan tersendiri hingga sekarang. Seperti diketahui bahwa masyarakat suku tengger merupakan salah satu suku yang mendiami lereng gunung Bromo-Bemeru. Gunung bromo (2.392m) adalah gunung yang dianggap suci bagi masyarakat tengger karena merupakan lambang tempat dewa Brahma, tempat wisata terkenal di jawa timur yang dapat ditempuh lewat empat kabupaten, yaitu: Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.
Puncak gunung Bromo yang luasnya 10 km merupakan perpaduan antara lembah dan ngarai dengan panorama yang menakjubkan bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 50 km. Kawah gunung Bromo berada dibagian utara berketinggian 2.392 m. diatas permukaan laut yang masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara. Suhu rata-rata digunung Bromo antara 3-170C. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki gunung semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan sungguh merupakan pesona alam yang mengagumkan. Disamping pemandangan alam yang indah gunung bromo juga memiliki daya tarik yang luar biasa karena tradisi masyarakat tengger yang tetap berpegang teguh pada adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedomannya. Masyarakat tengger memiliki rasa persaudaraan serta solidaritas yang sangat tinggi. Menurur nara sumber di masyarakat tengger kriminalitas sangatlah kecil semua itu disebabkan oleh rasa percaya pada adanya tradisi, kualat, serta akibat yang akan didapat dari Sang Hyang Widhi jika mereka melakukan suatu kesalahan Masyarakat Suku tengger berjumlah sekitar 40 ribu (1985) tinggal dilereng gunung semeru dan disekitar kaldera tengger.
Sifat umum di dalam kehidupan sehari-hari orang Tengger mempunyai kebiasaan hidup sederhana, rajin dan damai. Mereka adalah petani. Ladang mereka di lereng-lereng gunung dan puncak-puncak yang berbukit-bukit. Alat pertanian yang mereka pakai sangat sederhana, terdiri dari cangkul,sabit dan semacamnya. Hasil pertaniannya itu terutama adalah jagung, kopi, kentang, kubis, bawang prei, Wortel dsb. Kebanyakan mereka bertempat tinggal jauh dari ladangnya, sehingga harus membuat gubuh-gubuk sederhana di ladangnya untuk berteduh sementara waktu siang hari. Mereka bekerja sangat rajin dan pagi hingga petang hari di ladangnya. Pada umumnya masyarakat Tengger hidup sangat sederhana dan hemat. Kelebihan penjualan hasil ladang ditabung untuk perbaikan rumah serta keperluan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. Kehidupan masyarakat Tengger sangat dekat dengan adat- istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya secara turun-temurun. Dukun berperan penting dalam melaksanakan upacara Adat. Dukun berperan dalam segala pelaksanaan adat, baik mengenai perkawinan, kematian atau kegiatan-kegiatan lainnya. Dukun sebagai tempat bertanya untuk mengatasi kesulitan ataupun berbagai masalah kehidupan. Kehidupan pada masyarakat Tengger penuh dengan kedamaian dan kondisi masyarakatnya sangat aman. Segala masalah dapat diselesaikan dengan mudah atas peranan orang yang berpengaruh pada masyarakat tersebut dengan sistem musyawarah.
#chomsky
#kant
immanuelkant
#kantian
#sukutengger