Mengapa Orang Indonesia Mengadopsi Nama Barat Daripada Menggunakan Nama Indonesia?

Sebenarnya dulu pun banyak orang Indonesia menamai anaknya dengan bahasa Sanskerta seperti Ratna, Budiman, Bayu, Kartika, Dewi, Arya, Satria, Hendra, Widya, Puspa atau bahasa Arab seperti Najwa, Nurlela, Abdul, Muhammad, Fatih, Ridwan, Fatah, Fajar , Aisyah, Aini, Wahyudi, Syamsul, Arifin, Hasan atau bahkan dalam bahasa Persia seperti Rustam, Rusly, Reza, Yasmin. Sebenarnya kata asli Indonesia sebagai nama lebih jarang. Untuk nama wanita, Anda bisa menggunakan kata-kata asli Indonesia seperti Mawar, Melati, Wulan namun sebenarnya tidak terlalu mainstream untuk nama yang diberikan di kehidupan nyata, kebanyakan di cerita fiksi seperti di novel atau sinetron. Untuk nama laki-laki, mungkin Bagus adalah kata asli bahasa Indonesia yang paling umum, tetapi nama yang berbasis Sanskerta, Arab, dan Persia lebih umum.

Untuk etnis Jawa dan Sunda ada yang menamai anaknya dalam bahasa Jawa asli dan Sunda misalnya: Asep, Jaka, Teten untuk laki-laki Sunda, Euis, Cici , Titin untuk perempuan Sunda. Ayu, Dyah untuk perempuan Jawa, Joko, Purnomo, Cahyo, Bambang untuk laki-laki Jawa, namun nama Sansekerta dan Arab masih lebih umum.

Dan banyak nama berbasis bahasa Sanskerta yang sering dikira sebagai nama asli Indonesia oleh banyak orang Indonesia. Bahkan awalan Su- bukan asli Indonesia tetapi pengaruh dari bahasa Sanskerta.

Saat ini, saya pikir tren terbaru adalah nama pseudo Arab-Persia dengan ejaan yang rumit seperti Khaizra, Fayyadh, Almiqdad, hanya Tionghoa Indonesia atau minoritas Kristen Batak/Minahasan/Nias yang lebih suka memberi anak-anak mereka nama yang terdengar Inggris Amerika. Bagi mayoritas muslim Indonesia, nama palsu Arab-Persia dengan ejaan yang rumit lebih umum saat ini.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *