Aroma Pahala

“Kesuksesan dibangun dari pelajaran-pelajaran berharga yang diajarkan oleh kegagalan”.

Paragraf yang saya sampaikan di atas adalah tulisan hikmah yang pernah ditulis oleh seorang teman yang memiliki kedalaman spiritual bernama Dr. Fadhil Sj. Ia selalu membagi ilmu hikmah atau mutiara hikmahnya di setiap pagi dalam bingkai “Embun Pagi”, sehingga teman-teman sering memanggilnya dengan “Pak Doktor Embun”.

Memperhatikan untaian kata hikmah yang ditulis oleh Pak Doktor Embun di atas, bisa memantik untuk berfikir dan direnungkan lebih dalam sehingga hasil pikiran dan renungan tersebut mudah untuk dipraktekkan oleh siapapun dalam kehidupan sehari-hari 

Realitasnya tidak seorangpun dalam menjalani kehidupannya yang tidak ingin sukses, semua orang ingin sukses. Akan tetapi tidak jarang manusia, juga mengalami kegagalan satu atau dua episode dalam kehidupannya. Dan kegagalan tersebut dianggapnya sebagai sebuah hal yang menakutkan, sehingga kegagalan tidak menjadikannya pelajaran berharga untuk bangkit dan sukses, sebaliknya justru timbul sifat dan sikap pada diri yang gagal tersebut sebuah “traumatika” yang menghantaunya. 

Melihat apa yang disampaikan oleh Pak Doktor Embun, sebuah kegagalan adalah keniscayaan bagi setiap orang dalam menjalani tugas kehidupannya. Artinya, seolah seseorang harus “gagal dulu” atau memiliki sejarah kegagalan atau di dalam kegelapan, barulah tahu akan hakikat kesuksesan atau terang benderang.

Maka, hendaknya tidak dipersoalan sejarah kegagalan manusia siapapun, karena kegagalan atau kegelapan adalah guru yang bisa menunjukkan akan kesuksesan dan penerangan.

Australia menjadi negara yang besar dan kuat, karena dibangun di atas sejarah kegagalan dan kegegelapan atas penindasan penguasa. 

Pada abad 18 Inggris menguasai Australia dan menjadikannya negara ini tempat pembuangan bagi orang-orang yang dianggap menjadi perusuh, karena sikap kritisnya terjadap penguasa saat itu.

Orang-orang yang dibuang oleh penguasa Inggris saat itu atas dugaan dan tuduhan tindak kriminal adalah orang-orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, sehingga ketika berada di tempat pembuangan mereka justru yang menemukan tambang emas, sehingga selanjutnya merekalah yang di kemudian hari mendirikan dan menguasai berbagai bidang kehidupan di Australia, mulai aspek politik dan pemerintahan, ekonomi dan lainnya.

Indonesia merdeka, karena adanya penjajahan Belanda dan sebagainya. Seandainya tidak ada penjajahan Belanda atas Indonesia, maka perjuangan untuk meraih kemerdekaan tidaklah terjadi dan Indonesia tetap akan dikuasai oleh para raja yang sulit untuk dipersatukan antar satu dengan yang lainnya.

Itulah ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang mau menerima Abu Bakar, Umar, Ustsman dan para shahabat yang lainnya, sekalipun sebagian hidup mereka pada masa lalunya terdapat kegegelapan jahiliyah.

Berbeda dengan ajaran Syi’ah yang hanya bisa menerima dan mengakui Sayyidina Ali, juga para keturunannya karena dianggapnya suci sejak kecil tiada punya sejarah kegelapan.

Ajaran mana yang kita anut..???

Syi’ah apa Ahlus Sunnah wal Jama’ah..???

Atau mengaku Ahlus Sunnah wal Jama’ah, akan tetapi prakteknya Syi’ah atau sebaliknya..???

Oleh sebab itu, bukan pengakuan yang dianggap penting dalam kehidupan, akan tetapi amal nyata kerukunan.

Maka disebut Rukun Islam, karena Islam itu pengakuan dan isinya adalah kerukunan alias tidak bertengkar antar satu dengan yang lainnya untuk menciptakan kedamaian, baik damai diri maupun damai terhadap orang lain agar diperoleh kedamaian dalam kerukunan dan kerukunan dalam kedamaian.

Silahkan mengaku beriman sebagai pengikut Nabi Muhammad saw..

Mengaku Yahudi atau pengikut Yahuda putra pertama Nabi Ya’qub..

Silahkan saja mengaku Nasroni atau pengikut Nabi Isa as..

Silahkan saja mengaku sebagai kaum sabiat pengikut Nabi Yahya yang tiada perbah berfikir maksiyat kepada Allah dan rasul-Nya..

Pengakuan semuanya tidaklah penting dari iman dan amal nyata untuk kemaslahatan kemanusiaan. Dan mereka inilah yang dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar nanti kelak ketika menghadap Allah swt.

Memang pahala atau “ujroh” bagi manusia beriman dan beramal nyata akan diberikannya ketika sudah atau saat menghadap Allah swt. Akan tetapi, sebelum pahala tersebut dirimakannya secara langsung, Allah akan memberikannya terlebih dahulu kepada manusia yang bermal nyata untuk kerukunan saat masih hidup di dunia. Diandaikan kita memasak atau membikin minuman kopi, sebelum kita meminumnya secara langsung, aroma atau bau kopi tersebut sudah dapat kita rasakan.

Dialah yang disebut dengan “riihul ujroh” aroma pahala, apa itu aroma pahala?

Adalah hilangnya gundah gulana dan kesedihan serta ketakutan.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Al-Baqarah 62

Artinya, jika anda masih bersedih dan sering dihantaui rasa kekuatiran, anda kurang atau belum beramal nyata demi kemaslahatan umat sekalipun mungkin anda sudah mengakui karena telah melakukannya. Akan tetapi, kenapa masih gundah gulana, sedih dan kuatir terasakannya??

Artinya amal nyata yang anda perbuat itu bukan amal nyata yang maslahah, mungkin amal anda adalah curian dari uang negara atau perilaku anda menolong orang adalah rekayasa dari amanah yang anda emban dengan cara berebut tendang sana dan tendang sini.

Yang tahu, bukan orang lain tapi diri sendiri.