
Seperti halnya disebutkan diatas tentang ucapan Grive soal Prinsip Kerjasama bersifat cukup samar untuk memenuhi variasi antar budaya yang signifikan. Empat Maksim berusaha menulis sub-prinsip lebih ekplisit, tapi bukti dari budaya lain sementara menyarankan bahwa ini mencerminkan perilaku percakapan etnografis di Eropa Barat yang menurunkan budaya daripada ketidakleluasan absolut yang bersifat universal. Variasi antarbudaya itu sangat penting dan benar-benar tidak diakui dalam pembicaraan Maksim milik Grice bahwa Hymes (1968:78) yang berdampak untuk mengkritik “besarnya etnosentris”. Seperti yang diungkapkan tadi, wilayah dimana variasi antar budaya diharapkan akan melibatkan sifat dan jumlah informasi dalam percakapan di budaya tertentu dan siapa atau apa yang menentukan tujuan dan arah percakapan. Jenis dan jumlah informasi secara budaya telah jelas ditentukan, seperti yang ditunjukkan dengan brilian oleh Keenan (1976) melaui studi praktik percakapan diantara para petani Malagasy. Petani Malagasy, khususnya laki-laki, khususnya yang kurang informatif dalam memberi penjelasan dibanding orang Amerika atau Australia. Mereka melihat informasi komoditas penting, sesuatu yang memberikan prestise dalam desa penganut egaliter yang lebih besar, sehingga mereka enggan untuk membaginya dengan leluasa. Dalam desa kecil yang satu sama lain saling membantu, dimana setiap orang terhubung dengan yang lain, yang mana kontak kecil dengan dunia di luar mereka mungkin terjadi dengan kecilnya rahasia dan privasi yang kurang, informasi yang tidak tersedia di publik benar-benar dihargai dalam status sementara yang diberi. Jadi, ketika seseorang bertanya, tidak mungkin informasi dibutuhkan oleh penanya akan dengan cepat dipenuhi, agak tidak jelas, sebagian jawaban adalah norma. Jadi ketika seseorang ditanya kemana mereka akan pergi, mereka tidak akan menjawab “pergi ke toko untuk membeli beberapa botol beer;kami berencana pergi pesta malam ini.” Tipe jawaban masyarakat Malagasy akan cenderung “Oh, cuma pergi kesana”, keterangan jawaban menjadi tidak jelas, dan seseorang yang bertanya akan paham apa yang dimaksud dari tindakan orang tersebut.
Hal lain yang juga menjadi faktor penting dalam memengaruhi terjadinya Maksim Kuantitas dalam percakapan di masyarakat Malagasy adalah budaya bungkam pada tuntutan khusus di depan umum, kekhawatiran akan hancurnya keberanian jika tuntutan tersebut akan gagal. Malagasy cenderung menghindari pertanggung jawaban atas informasi saat berkomunikasi, sehingga informasi yang disampaikan sangat terbatas dan seringkali terkesan tidak jelas, setidaknya dalam pendengaran kita (pelanggaran Maksim Perilaku). Jadi, seseorang menghindarkan dirinya dari kegiatan yang akan terjadi, dengan alasan hal tersebut takut gagal terjadi. Jika ditanya mengenai kapan sebuah festival akan terjadi, sangat mungkin jawaban yang diberikan akan tidak jelas atau samar-samar, seperti “Saya tidak yakin kapan festival tersebut terjadi” atau “Mungkin sekitar bulan Juni”, meskipun jika responden itu dengan sadar mengetahui tanggal pasti kapan kejadian tersebut akan terjadi. Hilangnya keberanian juga menyebabkan seseorang sangat berhati-hati ketika memberikan nasehat atau peringatan, sehingga dapat menghilangkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Coba beri pertanyaan kapan Mr X berada di rumah, maka jawaban yang mungkin dikatakan yaitu, “Jika kamu tidak datang setelah matahari tenggelam, maka kamu tidak akan bertemu Mr X.” Informasi ini terdengar samar-samar dan tidak jelas, namun memberi nilai budaya di Malagy, hal ini merupakan jawaban terbaik saat memberikan informasi, namun menghindari tanggung jawab dikegiatan yang akan datang.
Ketidakjelasan dan kekurangan dari informasi juga termasuk tipe ekspresi untuk mengarahkan seseorang. Seseorang menghindar untuk menjelaskan keterangan dirinya dalam ujarannya, karena dapat membuka kesempatan seseorang campur tangan didalamnya. Hal ini juga untuk menjaga diri dengan sosiosentris dan keadaan bergantung pada pengertian seseorang dalam budayanya dan perbedaan dalam individualis barat. Sebagai konsekuensinya, individu seseorang ditunjukan oleh ekspresi yang memperhatikan posisi mereka dalam sosial masyarakat. Dan seringkali jejak-jejak seseorang dihapuskan, sehingga orang-orang desa/udik mungkin menunjukan dirinya sebagai olona “orang,” zazalahy “laki-laki,” atau rayaman-dreny “orang tua”. Jadi, seorang perempuan dapat mengatakan “apakah orang (olona) sedang tidur?” kepada putranya, ketika “orang” yang dimaksud tersebut adalah suaminya sendiri (Keenan,1976:73). Catatan dalam pemakaian kata-kata dan berkenaan dengan Grice’s (1975) Maxims, pada penggunaan kata “orang” hanya cocok ketika pembicara tidak sadar pada keadaan orang yang tidur. Di Malagasy, seseorang pun sewajarnya berkata “seseorang sedang melihatmu” ketika seseorang yang dimaksud tersebut adalah kakak laki-lakinya (Keenan and Onchs, 1979:153).
Penyampaian kepercayaan budaya di Malagasy, satu daerah yang menunjukan masalah khusus dalam interaksi lisan adalah tindak tutur dari beberapa permintaan seperti yang tercantum dalam Brown and Levinson (1987), mereka memaksakan kebebasan pribadi to untuk bertindak atau memberi negative face, tetapi karena mereka terancam dengan positive face di Malagasy dalam hal nilai persamaan dan tanpa konfrontasi, dan juga jika diterima, berkomitmen pada yang dituju secara eksplisit dalam beberapa kejadian di masa depan. Penjelasan sebelumnya masuk akal dalam sebuah egosentris, budaya individual sama halnya dengan budaya barat, namun kurang tepat untuk diaplikasikan dalam budaya sosiosentris seperti Malagasy (seperti yang diungkapkan juga pada Matsumoto (1988) terhadap Jepang). Permintaan cenderung menunjukan bentuk isyarat secara tidak langsung. Begitupun, seseorang tidak akan meneruskan isyaratnya secara langsung ketika dalam pertemuan sosial, pun ketika tujuan utama dari sudut pandang mereka yakni untuk membuat suatu permintaan. Keenan dan Ochs (1979:154) memberikan contoh yang membentur untuk menggambarkan poin tersebut. Suatu hari, beberapa lelaki tiba dirumahnya tanpa terencana sebelumnya. Setelah beberapa menit dan berbincang-bincang ringan, topik untuk memotong kaki mulai ditunjukan, luka biasa saat gunung meletus disuatu kota yang mana desa didalamnya terdampak. Beberapa saat setelah itu, salah satu lelaki paling belakang dalam group tersebut menunjukan Keenan and Ochs pemotongan kaki yang sangat buruk dan membutuhkan pertolongan segera. Hal ini mungkin sulit untuk dibayangkan secara langsung, memulai-mengakhiri dan tidak jelasnya keterangan untuk menunjukan permintaan daripada hal tersebut!