Model dan Metafora Kultural: Emosi Dalam Bahasa Inggris

Metafora emosi dalam bahasa Inggris Amerika adalah marah (Lakoff dan Kuvecses, 1987 dalam Foley, 1997) dan cinta (Kovecses, 1986 dalam Foley, 1997). Marah dan cinta ini dapat dibaca lebih lanjut dalam Foley (1997).

Berikutnya, akan dijelaskan metafora emosi dalam dalam bahasa Angkola. Berdasarkan penelitian Siregar dan Setia (2013) bahwa metafora cinta dalam bahasa Angkola kaya dengan ekspresi metaforis untuk menyatakan cinta. Konsep holong ‘cinta dan kasih sayang’ menjadi sumber hukum adat masyarakat. Hal ini terungkap holong manjalahi domu ‘kasih sayang akan menumbuhkan persatuan dan kesatuan’ dan domu manjalahi holong ‘persatuan dan kesatuan akan menumbuhkan kasih sayang’ (Lubis dalam Siregar dan Setia, 2013).

Contohnya:

  • Hami sannari giot padomu

Kami sekarang mau rajut sayang

‘Kami sedang merajut cinta.’

  • Parrosuan on adong bondul makkalang.

Hubungan ini ada aral melintang

‘Hubungan ini mendapat rintangan.’

 

Konsep cinta diungkapkan dengan kata holong pada (1) dan dibentuk oleh kombinasi kata parrosuan ‘hubungan’ dengan bondul makkalang ‘aral melintang´pada (2). Interpretasinya ialah (1) mengekspresikan CINTA sebagai KESATUAN (melalui kata padomu), sedangkan (2) mengekspresikan CINTA sebagai PERJALANAN (melalui kata bondul makkalang).

Metafora cinta ini mempenyai nilai signifikansi yang tinggi sebagai sebuah konsep emosi. Ciri-ciri semantik pada konsep cinta kadang-kadang bertumpang tindih dengan konsep emosi lain. Misalnya konsep gembira sebagai berikut.

  • Matania bolnang.

Matanya terbelalak

‘Matanya berbinar.’

  • Mukonia jeges.

Mukanya cantik

‘Mukanya berseri-seri.’

  • Parmikimnia manarik.

Senyumnya menarik

‘Senyumnya sumringah.’

 

Metafora pada kalimat 3, 4, dan 5 mencerminkan salah satu dari dua keadaan emosional, yakni cinta atau gembira. Tanpa pelibatan konteks, contoh-contoh itu cenderung ditafsirkan sebagai metafora gembira. Hal ini menunjukkan bahwa metafora cinta dalam bahasa Angkola mengandung potensi ketaksaan yang tinggi sehingga tingkat analisisnya lebih rumit. Dengan demikian, agar diperoleh interpretasi yang tepat perlu disediakan bukti-bukti pendukung tentang fenomena seperti itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *