Mengapa Indonesia Belum Runtuh?

Itu karena kita direkayasa secara sosial sejak lahir hingga dewasa untuk percaya bahwa kita adalah satu bangsa. Dan saya tidak mengatakan ini dalam konotasi negatif. Jika ada, Indonesia mungkin memiliki program rekayasa sosial paling sukses dalam sejarah, mengubah 200 juta warganya dari sekumpulan kelompok etnis daerah menjadi satu bangsa yang kohesif.

Adalah satu contoh yang mencolok adalah bagaimana kita dikondisikan untuk memandang pahlawan bangsa kita. Wajah para pahlawan nasional kita tercetak di uang kertas Rupiah, dari Tuanku Imam Bonjol hingga Patimura. Sistem pendidikan kita mengajarkan kepada kita bagaimana pahlawan-pahlawan jaya ini berjuang mempertahankan Indonesia dari agresi pihak luar dan kita menerimanya.

Sedikit yang kita tahu bahwa para pahlawan nasional ini sebenarnya berjuang hanya untuk kerajaan daerah mereka sendiri. Patimura berjuang mempertahankan Maluku dari agresi Belanda, Tuanku Imam Bonjol membela Minangkabau dari agresi Belanda, ia tak peduli ketika tetangga Bengkulu ditelan imperialisme Belanda. Cut Nya Dien tak peduli Belanda menjajah sebagian Sumatera, Jawa, dan Kalimantan hingga datang mengetuk perbatasan Aceh, yang akhirnya mendorongnya angkat senjata. Mereka tidak tahu apa itu Indonesia, mereka tidak peduli, dan sejauh yang mereka ketahui, kerajaan daerah mereka adalah bangsa mereka, tanah air mereka, tidak ada yang lain. Belanda dapat memanfaatkan ini dengan membagi dan menaklukkan, yang merupakan topik untuk jawaban lain.

Indahnya sistem pendidikan Indonesia adalah mengakui semua itu, bahwa Patimura berjuang untuk mempertahankan pulau Malukunya, dan Tuanku Imam Bonjol berjuang untuk mempertahankan Minangkabau, bahwa Cut Dien berjuang untuk mempertahankan Aceh, bahwa Perang Puputan dilakukan untuk mempertahankan Bali. Semua kepahlawanan ini tidak ada kaitannya dengan Indonesia secara keseluruhan, tetapi hanya berkaitan dengan daerah masing-masing.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *