Masalah Penerjemahan Bahasa Daerah

Masalah penerjemahan terjadi karena ketidaksetaraan antara background knowledge, pemahaman teori, bahasa, maupun budaya. Hal ini terlihat pada saat mengungkapkan sebuah tanda bahasa, baik teori, bahasa, atau budaya akan diungkapkan dengan cara-cara yang berbeda. Singkatnya, skema konseptual dimediasi oleh bahasa dan budaya. Proses ini terkait lagi dengan relativitas, karena pengalaman seseorang berbeda maka tidak ada sistem tertentu yang dapat sesuai antara bahasa dan budaya yang satu dengan yang lain (Foley, 1997).

Masalah penerjemahan ini dapat dipahami dengan lebih sederhana berdasarkan contoh berikut:

  1. Dalam bahasa Jawa, kata abang artinya merah sedangkan dalam bahasa Angkola, kata abang artinya saudara laki-laki yang lebih tua dari kita.
  2. Dalam bahasa Jawa, kata lombok artinya cabai sedangkan dalam bahasa Angkola, kata lombok dipahami dengan Pulau Lombok.
  3. Dalam bahasa Jawa, kata motor artinya sepeda motor sedangkan dalam bahasa Angkola kata motor artinya
  4. Dalam bahasa Jawa, kata kereta artinya kereta api sedangkan dalam bahasa Angkola, kata kareta artinya sepeda motor.
  5. Dalam bahasa Jawa, kata gulung artinya menggulung sesuatu sedangkan dalam bahasa Angkola, kata gulung artinya rebah; merebahkan badan di atas alas tidur atau tempat tidur.

Dengan demikian, relativitas pengalaman dan mental dari bahasa dan budaya sangat mempengaruhi seseorang dalam memahami sesuatu. Oleh sebab itu, dibutuhkan kepekaan dalam memahami lingkungan sekitar yang penuh dengan etnis dan komunitas yang beraneka ragam. Hal ini sangat berguna dalam membantu memahami maksud dan tujuan dari mitra tutur yang berasal dari komunitas yang berbeda. Tujuannya tidak lain adalah menjaga keharmonisan berbangsa dan bernegara.

Referensi

Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. China: Blackwell Publisher Ltd.

#penerjemahan

#bahasadaerah

#translation

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *