Pencarian jembatan sebagai sarana untuk memahami bahasa dan budaya tidak selalu mudah ditemukan. Namun, yang dapat menjembatani hal ini adalah latar belakang kepercayaan dan pemahaman universal bagi setiap manusia. Misalnya, Putnam (1981) mencoba membangun jembatan pemahaman melalui ilustrasi perbedaan suhu dengan pemahaman ilmu modern pada abad ketujuh belas. Sayangnya, mengingat konsep suhu pada dewasa ini dengan konsep suhu pada abad ketujuh belas sangat berbed, maka akan menghasilkan penerjemahan yang berbeda. Yang menjembatani adalah suhu, namun konsep berpikirnya berbeda karena zamannya sudah sangat berbeda, otomatis penerjemahan dan interpretasinya pun masing-masing akan berbeda (Foley, 1997).
Misalnya, kata ulang dalam bahasa Indonesia memiliki konsep berpikir sesuatu pekerjaan yang dilakukan beberapa kali, tetapi dalam bahasa Angkola, kata ulang memiliki konsep berpikir sebagai kata imperatif yang berarti jangan; jangan lakukan; hentikan. Sungguh sangat berbeda konsep berpikir dari dua bahasa ini, bagaimana menjembatani penerjemahannya? Saya sepakat dengan membuat ilustrasi akan membantu memudahkan pemahaman dari masing-masing penutur bahasa yang berbeda. Karena dengan ilustrasi, setiap bahasa dan budaya akan dapat membayangkan konsep berpikir yang sama, sehingga mampu menghasilkan pemahaman yang sama pula.
Referensi
Foley, William A. 1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. China: Blackwell Publisher Ltd.
#penerjemahan
#bahasadaerah
#williamfoley
#putnam