Yogyakarta memang tak pernah hilang dari ingatanku. 25 tahun lalu saat aku akan menginjak bangku perguruan tinggi, untuk pertama kalinya aku ke Yogyakarta. Ingatanku tak pernah musnah sampai sekarang. Kota yang berbeda dengan Malang kota kelahiranku. Semua tak sama, sampai makanannya pun. Itu tak pernah luput dari mimpiku hingga sekarang. Jalan Timoho, tempat kostku berhadapan dengan jalan besar, sekitar beberapa meter dekat kampus IAIN Sunan Kalijaga. Tiap pagi aku selalu diributkan dengan ibu-ibu penjual makanan yang membawa bakul di pungungnya. Deeen.. deeen begitulah cara ibu penjual memanggil dan menjajakan dagangannya. Kadang ada nasi gudeg, nasi kucing, tahu bacem, tempe benguk dll. Wah pokoknya enak semua. Aku suka semua makanan disana meskipun manis. Nggak tau kenapa.
Herannya tempat kostku itu koq berdempetan dengan rumah kost kakaknya pacar. Hahaha.. Maka yang terjadi adalah sekali pernah diajak jalan-jalan sama kakak ipar itu ke istana raja. Nah ini aneh nggak, masak jalan-jalan sama kakak ipar.. !@#$%^&*)(*
Shopping centre yang saat ini berubah nama menjadi Taman Pinter Bookstore adalah salah satu tempat jalan-jalan favoritku. Dulu namanya shopping centre, atau sering disebut shopping aja. Hampir semua jenis buku ada disana. Bahkan ada skripsi, laporan, dll. Buku yang kucari koq ya tersedia, dan dengan mudah si mbak nya menemukan. Wah bener-bener hebat para penjual buku ini. Apapun bidang yang kita tanyakan dia seperti browser. Ada aja.. Hebat mbak, aplos untukmu. Qeqeqe..
Di pasar Bringharjo lebih unik lagi, saat pertama saya datang disana tahun 1989 ada penjual es rujak cuka tepat di depan pasar. Beberapa tahun kemudian saat saya kesana..eh..lhakoq masih disitu juga. Hebat sekali ibu itu, bertahan di jalan besar depan pasar itu bukan barang mudah. Saat kutanya beliau ternyata adalah orang yang sama yang pernah kutemui dulu. Es rujak cuka nya henaakk bukk.. Jadi pengen. Aku ke Yogyakarta seminggu lalu beliau sudah tidak ada. Hiks.
Ada beberapa jajanan yang dijual di dalam pasar, ada yang berhenti dan ada yang sambil jalan. Seperti contoh yang jual es kelapa muda dan es teh dalam gelas. Wah instan sekali itu. Dalam pasar Bringharjo memang cukup panas suhunya. Dan tiap saya kesana selalu pada saat panas-panasnya. Beeghh.. Es kelapa muda dan es teh itu begitu menggoda. Salah satu mbak penjual baju batik langgananku itu dah paham kayaknya. Simbak itu bilang kalau mau naruh gelas es kelapa mudaku ada di bawah dekat meja tepat dia duduk. Aku sampai tertawa-tawa. Mbak ini tau banget kalau aku haus. Dia juga nggak habis-habis nyalain kipas angin di belakangnya. Ternyata kepanasan juga ya..
Sempat malam itu aku mampir di angkringan Pakualaman. Wah makanannya lucu-lucu dan enak pula. Teh pocinya itu..waduh jadi pengen ngembat poci tanah liatnya. Qeqeqeqe.. Pokoknya nggak bisa lupa. Pengennya duduk disitu aja sampe pagi. Tapi nggak mungkin kan.
Bakpia itu ternyata murah kalau beli di pasar Bringharjo, nggak ada merknya, bungkusnya mika, dan yang jelas harganya murah bok! Ini harusnya sekotak bakpia pathuk no 25 itu dibandrol Rp. 25.000. Nah ini cuma ceban. Murah kan! Dan rasanya? Gak usah jaim-jaim dah. Kita nggak perlu pake yang mahal-mahal, sama aja koq. Makan sambil merem aja lah. Paling juga sama. Hihihi..
Ke candi Prambanan memang asyik, tapi apabila anda lagi terburu-buru sebaiknya jangan kesitu deh. Habis rute mengelilingi candi itu nggak boleh di cut begitu saja. Dan jauhnyaaa.. Naudzubillah!
Gudeg memang lezat, mungkin pasar tradisional adalah tempat orang-orang jujur. Maka di pasar tradisional lah aku coba untuk mencari gudeg. Setiap berada di kota manapun, yang selalu ingin kulihat adalah pasar tradisional. Dan memang ternyata ketemu, semua ada di pasar. Dan yang pasti murahhh.. hehe
Jalan-jalan di Yogyakarta memang nggak pernah akan membuatku bosan. Sampai kapanpun Yogyakarta akan menarikku kembali kesana. Seperti lagunya KLA Project.