Pernahkah anda bercakap-cakap dengan orang Malang? Arema? Inilah fenomena yang muncul selama berpuluh-puluh tahun berbahasa di kota Malang. Tadinya kita sebagai warga asli kota Malang tak pernah menyadari bahwa bahasa yang kita pergunakan sehari-hari adalah sebuah rekayasa linguistics genealogy antropology dan sociolinguistics non contemporer. Nah loh..bribet kan!
Saya juga bingung membayangkannya.
Namun inilah kenyataannya. Bahasa Malang Walikan atau bahasa Arema sangat unik. Disebut unik karena kosakatanya yang tidak lazim. Dan kemungkinan besar tidak akan diikut sertakan dalam daftar kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Bahasa Malang Walikan atau boso Arema ini memiliki struktur dibalik atau vice versa, dibalik dari belakang ke depan. Namun demikian tidak semua huruf-huruf pada kosakata standard bisa dibalik dari belakang ke depan. Hal ini disebabkan karena munculnya dua diftong atau dua vowel yang tidak memungkinkan dibalik secara berurutan. Contohnya akan saya sebut dibawah ini.
Apa sebenarnya yang terjadi saat zaman lampau, zaman penjajahan, Belanda, Jepang dan lain2..? Di Malang saat itu para pemuda bergerilya, mereka bahu membahu membawa bamboo runcing menantang penjajah. Nah Belanda yang licik benar-benar menguasai budaya, bahasa dan adat di kota Malang. Mereka begitu menguasai bahasa di kota Malang hingga kemudian warga Malang mulai membiasakan diri untuk mengungkapkan bahasa-bahasa rahasia, Bahasa Malang Walikan.
Bahasa yang diduga dipergunakan oleh para gerilyawan di kota Malang ini banyak dipakai para pelajar saat itu. Salah satu perang yang paling dahsyat terjadi di jalan Ijen di depan gereja Besar Ijen, perang yang banyak mengorbankan para pelajar itu kemudian mentahbiskan sebuah jalan tepat di perempatan Gereja Besar Ijen, sehingga jalan tersebut dinamakan Jalan Pahlawan TRIP. Kependekan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar.
Bahasa Malang Walikan ini secara kontinyu kemudian menjadi bahasa anak muda sehari-hari di kota Malang. Namun kemudian karena banyak sekali penggunanya dari tahun ke tahun penggunanya menjadi dari seluruh kalangan, anak-anak muda usia minimal SMP atau SMU, usia dewasa dari mahasiswa hingga orang tua pun banyak menggunakan bahasa Malang Walikan.
Namun demikian bahasa khusus ini memang dianggap informal, jadi hanya digunakan pada saat-saat non formal. Misalnya saat guyon, bercanda, ngobrol sesame teman, antara penjual dan pembeli, dengan orang yang sudah lama kenal dan lama tidak bertemu, dengan sesame warga Malang / Arema saat bertemu di luar kota Malang atau di luar negeri dll. Saat-saat formal bahasa ini tidak pernah dipergunakan. Dan jangan sampai dipergunakan, nanti bisa jadi lawakan kalau salah tempat.
Mungkin tidak semua kosakata bahasa Malang Walikan akan saya bahas disini karena jumlahnya ada ribuan. Bisa penuh blog ini nanti. Heheh..
– Rudit = tidur
– Nakam = makan
– Ngalup = pulang
– Orang = gnaro
– Lanang (laki-laki) = nganal
– Wedok (perempuan) = kodhe
– Rumah = hamur
– Melok (ikutan) = kolem
– Ebes (ayah) = sebe
– Raijo (uang ‘madura’) = ojir
– Mlaku (jalan-jalan) = uklam
– Sekolah = halokes
– Kathok (CD) = kothak
– Metu (keluar) = utem
– Mobil = libom
– Malang = ngalam
– Sikil (kaki) = likis
– Sego (nasi) = oges
– Goreng = ngerog
– Pecel = lecep
SIngo (singa) = ongis
Edan (gila) = nade
– Tahu = uhat