Apa Sebenarnya Diglosia Itu?

Istilah ini terkait erat dengan Charles Ferguson dan artikelnya pada tahun 1959, di mana diglosia secara resmi diperkenalkan ke dalam literatur sosiolinguistik. Diglossia, dalam definisi yang ketat, berbeda karena versi bahasa “tinggi” tidak digunakan untuk percakapan biasa dan tidak memiliki penutur asli. Contohnya termasuk perbedaan antara bahasa Arab standar dan bahasa Arab Mesir; Orang yunani; dan Kreol Haiti. Belakangan ini Jepang tampil sebagai masyarakat diglosik yang mana setiap ragam bahasa mempunyai fungsi yang sesuai untuk digunakan; SJ adalah ragam tinggi, H, yang dianggap ideal untuk penulisan formal. Meskipun bahasa Inggris bukan bahasa diglosik, bahasa Inggris memiliki beragam dialek, bentuk sehari-hari, dan tingkat formalitas. Yunani, Arab dan Tamil adalah bahasa diglosik.

Contoh Diglosia

  • Negara-negara berbahasa Arab. Di komunitas penutur bahasa Arab, banyak orang menggunakan bahasa Arab Klasik dan bahasa Arab Mesir. …
  • Swiss Jerman. …
  • Standar Kreol Perancis dan Haiti. …
  • Bahasa Yunani Katharevousa (alias bahasa Yunani ‘murni’) dan bahasa Yunani Demotik (alias Dimotiki)

Diglosia dalam bahasa Arab dikatakan sebagai situasi linguistik kuno yang muncul pada masa penyebaran Islam, ketika bahasa Arab bersentuhan dengan bahasa lain dan orang non-Arab mulai berbicara bahasa Arab. Ini mengacu pada keberadaan dan penggunaan dua atau lebih jenis bahasa Arab di negara berbahasa Arab.

Diglosia linguistik menimbulkan dampak negatif psikologis di kalangan pelajar yang sangat merugikan, yaitu membuat mereka selalu bimbang dan bimbang dalam memahami ungkapan dan kalimat yang didengarnya sehingga mereka berada di antara dua pihak yang antagonis sehingga tidak mampu menentukan arah yang diinginkan. Komunitas tutur dicirikan oleh diglosia dan bilingualisme (Fishman, 1967).

Bisa berupa diglosia dan bilingualisme, bilingualisme tanpa diglosia, diglosia tanpa bilingualisme, atau bukan diglosia atau bilingualisme. Diglosia dalam bahasa Arab mengacu pada fenomena hidup berdampingan dua ragam bahasa yang berbeda dalam komunitas tutur yang sama, yang masing-masing digunakan untuk tujuan linguistik dan komunikatif tertentu oleh penuturnya. Berasal dari bahasa Yunani: di- artinya dua; kilap, lidah. Dua bahasa. Namun jangan bingung dengan bilingualisme, yang berasal dari bahasa Latin: bi-, dua: lingua, lidah. Dua bahasa.

Namun, dalam linguistik sosial Inggris terdapat perbedaan sistematis antara kedua istilah tersebut, diglosia dan bilingualisme. Dengan demikian alih kode bisa saja melibatkan bahasa-bahasa yang sepenuhnya berbeda, namun bisa juga bergantian dalam wacana atau kalimat yang sama, sedangkan diglosia Ferguson (Ferguson 1959) melibatkan dialek-dialek bahasa terkait yang dipisahkan secara terpisah menurut situasi wacana. Bahasa sangat erat kaitannya dengan budaya, sejarah, dan identitas, dan hilangnya keragaman bahasa dapat menyebabkan hilangnya warisan budaya, tradisi, dan cara unik dalam memahami dunia yang tertanam dalam setiap bahasa.

Ahli sosiolinguistik juga dapat menggunakan istilah diglosia untuk menunjukkan bilingualisme, yaitu penuturan dua bahasa atau lebih oleh anggota komunitas yang sama, seperti, misalnya, di New York City, di mana banyak anggota komunitas Hispanik berbicara bahasa Spanyol dan Inggris, berpindah bahasa. dari satu ke yang lain.

Meskipun bahasa Inggris bukan bahasa diglosik, bahasa Inggris memiliki beragam dialek, bentuk sehari-hari, dan tingkat formalitas. Yunani, Arab dan Tamil adalah bahasa diglosik.

#diglossic

#diglosia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *