Semua orang tahu tauge. Negeri Indonesia yang kaya akan budaya dan kuliner khas selalu ada menu-menu berbahan tauge. Tauge atau toge atau kecambah atau tokolan dan banyak lagi istilah untuk menyebut tumbuhan dari biji kacang hijau.
Di Maluku misalnya, gado-gado dengan tauge adalah kuliner mahal yang disajikan jarang-jarang, yaitu hanya pada saat lebaran. Hal ini karena bahan baku gado-gado yang sebagian harus didatangkan jauh-jauh dari pulau Jawa seperti misalnya kentang, daun selada, kerupuk udang dan wortel. Masyarakat lokal Maluku terutama di pulau Buru biasa mengolah sendiri kacang hijau menjadi kecambah lalu menghidangkan bersama-sama bahan gado-gado yang lain. Kacang tanah, ketimun, dan lontong biasa mereka sediakan sendiri tanpa harus mengimpor dari pulau Jawa.
Di Solo, kecambah disebut dengan tokolan. Tokolan artinya tumbuh atau tetumbuhan. Berasal dari kata tumbuh atau tukul (Jawa red). Namun saat kita menyebut kata kecambag saat membeli bahan ini di pasar, mereka pun tahu bahwa kita sedang ingin membeli tokolan.
Beda kota beda ukuran ternyata. Kalau kita bicara tentang bahasa, bahkan beda kecamatan pun bisa beda kosakata seperti bahasa yang ada di Flores. Banyak sekali bahasa lokal yang ada disana, bahkan pada setiap kecamatan memiliki bahasa sendiri. Sehingga Flores sangat dikenal memiliki banyak bahasa lokal.
Kembali ke kecambah tadi (sebenarnya ada hubungannya gak ya), bahwa ternyata saya menemukan kecambah di Solo berbeda dengan yang saya temui di kotaku, Malang Jawa Timur. Kecambah di Malang ada 3 jenis atau ukuran. Perbedaanya adalah pada ukurannya (panjangnya). Yang pertama adalah kecambah kedelai, dia berukuran panjang sampai 5 cm dan berbiji lumayan keras. Biasa dieprgunakan sebagai campuran sayuran. Lalu kecambah yang kedua adalah kecambah kacang hijau yang panjangnya sekitar 3cm. Usia persemaian kecambah ini adalah sekitar 2-3 hari. Sedang kecambah yang terakhir adalah yang disebut dengan kecambah pendek. Usia persemaiannya biasanya adalah 1-2 hari. Ukurannya sangat pendek, hampir 1/2cm saja.
Di Solo saya menemukan 2 macam kecambah, yang pertama adalah kecambah kedelai. Kecambah ini sama ukuran dan bahan bakunya dengan kecambah kedelai di kotaku. Nah kecambah yang kedua adalah kecambah kacang hijau yang ukurannya berbeda dengan kecambah di kotaku. Kecambah yang ini berukuran kurang lebih 1cm. Namun penggunaan kecambah ini adalah untuk sayur mayur dan soto khas Solo. Baik mentah atau matang. Kematangannya adalah dengan menyiramnya dengan air panas saja. Rasa kecambah 1 cm yang mentah ini cukup manis dan tidak langu.
Kecambah pendek di kotaku, kota Malang yang biasa disebut dengan cambah rawon itu memang berasa sedikit langu. Dia lebih pendek dari kecambah 1cm dari Solo. Dan seringkali dikonsumsi mentah. Itulah mengapa berasa agak langu. Namun karena kecambah ini seringkali disajikan bersama masakan khas jawa Timur Rawon, maka rasa kecambah pendek ini jadi berasa istimewa.
Padahal hanya kecambah 😛
#kecambah
#rawon
#soto
#taoge