Mahasiswa dalam kegiatan Posdaya Pengabdian Masyarakat di Kotamadya Blitar, tepatnya di desa Pakunden seminggu yang lalu telah dimulai. Sabtu ini adalah hari ke 8 mereka berada disana. Dari sejak awal, sekitar dua minggu menjelang keberangkatan, mereka sudah memulai survey lokasi dan geografi. Sayapun berikan info-info yang saya ketahui seperti apa kondisi masyarakat Blita tersebut. Kebetulan keluarga banyak yang berada di Blitar.
Namun demikian meskipun informasi yang didapat sudah cukup, kalau belum pernah ke kota Blitar tentu saja akan menemui kesulitan. Jalan2 di kota Blitar ada beberapa yang searah, sehingga menyulitkan bagi pengendara untuk berbalik. Sedangkan sejak awalpun mereka sudah salah arah saat masuk di Karang Kates. Saat survey mereka mengaku melalui lokasi wisata Karang Kates tersebut dan bergerak lurus menuju barat perempatan.
Jalan ini sudah benar, namun sudah puluhan tahun orang menggunakan jalan termudah yaitu berbelok ke arah bendungan ke utara. Belok ke kanan. Sehingga saat saya sendiri mengantar mereka hari Minggu lalu, kukira mereka sudah paham. Dari sejak briefing pagi itu 6.30 saya sudah jelaskan kita akan janjian di bendungan karang kates sebelah utara. Sayapun tidak terlalu cepat jalan motornya, hanya sekitar 50km/jam.
Tapi setelah kutunggu-tunggu di tugu perbatasan Blitar- Kabupaten Malang, saya belum melihat batang hidung mereka satupun. Duduk-duduk disana malah menghabiskan tahu sembilan, semangkok dawet jepara dan dua bungkus kripik bekicot. Owalahhhh!
Berkali-kali kusms dan kutelpon mereka benar-benar salah jalan semua. Ada yang masuk lokasi wisata, kebetulan ada pertunjukan dangdut dan finish biker. Ada yang malah melaju melalui jalan berkelok, dari perempatan Karang Kates lurus ke Barat. Wah jalan itu sudah lama tidak dilalui manusia. Ckckck..
Maklum karena jalan ini hanya diperuntukkan bis, maka hampir semua kendaraan berbelok ke arah Utara yaitu menuju ke lokasi Wisata Karang Kates sebelah utara.
Saya benar-benar tidak mengira kalau mereka tidak tahu jalan mana terbaik menuju Blitar.
Hingga kemudian kita benar-benar bisa bertemu jam 12.30. Padahal kita berangkat dari kampus UIN pukul 7.00. Hmm sungguh-sungguh long journey. Mahasiswa yang sudah melakukan survey sekali masih saja kesasar menuju lokasi pengabdian. Tentu saja termasuk saya yang belum pernah sampai di desa Pakunden ini.
Namun semua cape dan kegelisahan tersebut terobati dengan keramahan Ustad Khusnuri, takmir Masjid Nurul Iman Pakunden yang berada persis di pinggir jalan besar Pakunden. Juga kami sangat bahagia bertemu dengan orang tua kost mahasiswa yang dengan suka rela menyediakan rumahnya untuk ditempati mahasiswi. Rumah beliau cukup lapang, berarsitektur Jawa klasik. Mahasiswa langsung kerasan berada disana.
Setelah menyampaikan maksud dan kedatangan kami, sayapun pamit dengan mereka dan pulang menuju kota Malang. Selamat mengabdi.
Salam Posdaya Budaya