Pengujian Pemahaman Relativitas

Levinson (dalam Foley, 1997) telah menyelidiki konsekuensi kognitif sistem perhitungan ruang absolut dari penutur Guugu-Yimidhirr dan membandingkannya dengan kelompok control penutur bahasa Belanda yang sistem linguistiknya adalah egosentris, setara dengan relativistik bahasa Inggris. Pertanyaan ekssperimental yang dirancang berupa beberpa tugas nonlinguistik yang harus mengungkapkan fungsi kognitif sistem ini. Pertama, ia mencoba untuk menguji kemampuan sepuluh penutur Guugu-Yimidhirr dalam menunjukkan arah lokasi tertentu di luar jangkauan penglihatan, mulai dari beberapa kilometer saat burung gagak terbang ke beberapa ratus orang. Mereka didorong melalui semak-semak dengan berbagai rute berputar dan saat berhenti di tempat yang memiliki pandangan yang terbatas (misalnya hutan hujan lebat), diminta melakukan tugas ini.

Hasilnya luar biasa. Kesalahan rata-rata kurang dari 4 persen diperoleh penutur Guugu-Yimidhirr yang luar biasa menggunakan sistem absolut ini. Untuk menentukan arah tenggara ini tidak cukup tetapi juga untuk mengetahui arah utara, selatan, timur, dan barat.  Arah tenggara tertentu mungkin berada di sebelah selatan dari salah satu bagian wilayah Guugu-Yimidhirr dan harus benar-benar yakin arahnya, sehingga setiap arah tenggara dapat ditemukan berkenaan dengan hal itu dan ditugaskan ke kuadran yang tepat. Sementara itu, sampel penutur Belanda menunjukkan tidak ada kemampuan yang sebanding dengan Guugu-Yimidhirr.

Penutur Guugu-Yimidhirr memiliki prangkat ekspresif yang berefek langsung pada kebiasaan proses berpikir sebagai pengakuan memori dan kesimpulan dari pengeras suara. Penutur Guugu-Yimidhirr harus menyimpan informasi ruang dalam memori dengan cara yang berbeda dari penutur bahasa Inggris atau Belanda. Benda apapun selalu dianggap dalam sebuah ruang beton yang disesuaikan menurut empat sumbu kuadran (Levinson dalam Foley, 1997).

Konfirmasi yang sangat mengejutkan diberikan oleh Haviland (dalam Foley, 1997). Penutur Guugu-Yimidhirr biasanya memberi isyarat untuk menunjukkan arah pada saat mereka menceritakan kidah dan isyarat ini mempertahankan orientasi absolut, sehingga jika sebuah peristiwa terjadi di sebelah timur dalam narasi, narrator akan menunjuk ke timur, terlepas dari orientasi pribadinya. Haviland merekam kisah kapal yang terbalik pada tahun 1980. Dua tahun kemudian, Levinson secara serempak juga merekam cerita yang sama. Pada tahun 1980, narrator duduk menghadap kea rah barat, sedangkan pada versi 1982 dia menghadap kea rah utara. Namun, dalam kedua penafsiran gerak tubuhnya benar-benar berorientasi, sehingga ketika memberi isyarat ke selatan untuk menunjukkan arah selatan dalam versi 1982 di atas bahunya. Sepanjang kedua penafsiran cerita tersebut, isyarat untuk menunjukkan orientasi dan gerak dalam peristiwa cerita secara akurat diberikan. Namun, karena orientasi narator cerita yang sulit, mereka harus memiliki orientasi yang berbeda dalam setiap kasus. Hal ini sangat mendukung anggapan bahwa peserta, tempat, dan kejadian dalam cerita ini dikenal oleh narator dengan orientasi dan koordinat gerakan yang telah ditentukan sesuai dengan sumbu mutlak kuadran tetap.

Dengan demikian, ini buknlah proses mental yang berarti dan tampaknya terkait dengan kebutuhan ekspresif dari bahasa Guugu-Yimidhirr. Namun ini adalah dukungan yang kuat untuk dicatat bahwa klaim atas pengaruh relativitas linguistik untuk kognisi ruang pada penutur Belanda versus Guguu-Yimidhirr tidak melemahkan klaim kesatuan psikis umat manusia. Kemampuan kognitif, bahasa yang independen dari kedua jenis relatif dan absolut dan tersedia untuk setiap kognitif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *