Pembagian Vokal dan Konsonan dalam Bahasa Jawa

Fonem vokal dibedakan menjadi 3, yaitu:

  • Berdasarkan posisi lidah

a.Vokal terbuka, jika lidah berada pada posisi  rendah. Misalnya bunyi [a].

b.Vokal madya, jika lidah berada pada posisi tengah. Misalnya bunyi [e],[ɛ],[ə],[ɔ], dan[o].

c.Vokal tinggi, jika lidah berada pada posisi atas. Misalnya bunyi [i],[u]

  • Berdasarkan bentuk bibir

a.Vokal bundar, ialah jika bentuk bibir mrmbulat. Contohnya vokal [ɔ], [u], dan[o].

b.Vokal tak bundar, ialah jika bentuk bibir melebar. Contohnya pada bunyi [e],[ɛ],[i], dan [a].

  1. Vokal netral, ialah jika bentuk bibir tidak bulat dan tidak melebar. Contohnya vokal [ɑ].
  • Berdasarkan tingkat pembukaan mulut

Menurut Daniel Jones, ada delapan vokal kardinal, yng diartikulasikan dengan lidah dan bibir pada posisi tetap, yaitu empat vokal depan dan empat vokal belakang. Kedelapan vokal itu adalah [i], [e], [ɛ], [a], [ɑ], [ɔ], [o], dan [u]. sedangkan fonem bahsa jawa.

Vokal bahasa jawa terdiri atas tujuh vokal, yaitu [i], [e], [ə], [a], [ɔ], [u], dan [o]. menurut Uhlenback, bunyi [ɔ] merupakan alofon fonem [a].

Fonem vokal bahasa jawa tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • /i/ adalah vokal tertutup tinggi-kuat depan-takbundar yang dihasilkan dengan posisi lidah bagian depan hampir menyentuh langit-langit dengan kedua bibir agak terentang ke samping.
  • /e/ adalah vokal agak tertutup sedang kuat depan-takbundar yang dihasilkan dengan daun lidah dinaikkan dan diiringi bentuk bibir yang netral, artinya tdak terentang dan juga tidak membundar.
  • /ə/ ialah vokal sedang-tengah takbundar atau vokal tengah pende setengah tertutup yang dihasilkan dengan menaikkan bagian tengah lidah dengan bentuk bibir netral.
  • /a/ ialah vokal terbuka rendah-lemah tengah-takbundar atau vokal tengah pendek setengah terbuka yang dihasilkan dengan biibir netral.
  • /ͻ/ yaitu vokal agak terbuka sedang-lemah belakang-bundar atau belakang pendek terbuka yang dihasilkan dengan bentuk bibir kurang bundar atu takbundar.
  •  /o/ yaitu vokal agak tertutup sedang-kuat belakang-bundar yang dihasilkan dengan bentuk bibir bundar.
  •  /u/ yaitu vokal tertutup belakang-bundar tinggi-kuat yang dihasilkan dengan meninggalkan bagian belakang lidah dengan posisi kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar.

Macam-macam fonem vokal

  1. Vokal /i/, terdiri dari 2 alofon :
  2. i (i jejeg)

Bunyi [i] dapat menduduki awal, tengah, dan akhir kata. Misalnya ijab,mrica dan tari.

  1. I [I miring]

Terletak pada kata yang diakhiri konsonan. Misalnya pada kata cacing (cacIng), wajik (wajIk)

  1. Vokal /e/

Vokal mempunyai 2 alofon, yaitu:

  • /e/ (e swara jejeg/ e taling) menduduki semua posisi baik awal, tengah, dan akhir. Misalnya kata eman ‘sayang’, sela ‘batu’dan gule’gulai’.
  • /ɛ/ (e swara miring) terletak pada awal dan tengah kata. Misalnya estu’jadi’, saren ’marus’ dan gepeng ’gapeng’.
  1. Vokal ə

Vokal /ə/ dalam bahasa Jawa bukan merupakan alofon fonem /e/ melainkan merupakan fonem tersendiri karena kedua bunyi itu dalam bahasa Jawa dapat membedakan makna.

Misal:

Kere [ kere] = miskin                    Kere [kəre] = tirai bamboo

Geger [gɛgɛr]= huru hara              geger [ gəgər]= punggung

  1. Vokal /a/, terletak di depan, tengah, dan akhir. Contohnya

Aku            laris                ora

  1. Vokal /ɔ/, bukan merupakan alofon dari /o/, namun vokal yang berdiri sendiri. Terletaki awal, tengah, dan akhir kata.

Misal : Amba             rata                 ula

  1. Vokal /o/

Terletak di awal, tengah, akhir kata. Misal : Obah         coba                 kebo

  1. Vokal /u/

Mempunyai 2 alofon, yaitu   u (swara jejeg) terletak di awal, tengah, dan belakang kata.

Misal: Urip                   wuta              madu

  • u swara miring

Barada di tengah kata.

Misal : Biyung            parut                pupur

#bahasajawa

#vokal

#konsonan

#vocal

#consonant

Bahasa Yang Menentramkan

Bahasa Arab itu bahasa yang mulia, lembut dapat menentramkan serta menenangkan jiwa dan hati. Umat Islam saat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran akan tentram dan nyaman. Dalam Al Qur’an sudah dijelaskan bahwasanya bahasa Arab adalah bahasa yang fasih, jelas, luas dan banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa.

Begitu pula dengan bahasa Jawa. Bahasa satu ini saya anggap juga memberikan ketentraman pada pengguna dan pendengarnmya. Sebagai contoh ada seorang wanita dengan logat Bahasa Sunda mengobrol dengan saya melalui telepon. Saat itu wanita tersebut adalah manajer sebuah bank di Bandung yang hendak memberi persetujuan kredit nasabah yaitu adik saya. Sayapun menyetujui untuk dipasang sebagai saksi di permohonan kredit adik sejumlah 1 M tersebut.

Kemudian tersambunglah dialog antara saya sebagai pengguna Bahasa Jawa yang meskipun sudah sedikit bergeser karena saya adalah orang Jawa Timur dengan orang Sunda.  Wanita tersebut mengggunakan bahasa Indonesia dialek Sunda dengan cukup berhati-hati karena akan menandatangani kredit bernilai besar.

Dengan hati-hati wanita tersebut bertanya ini ibu Ika (dengan nada Sundanese yang kental)? Dan saya jawab apa coba.. Jawaban saya juga berhati-hati dan cukup pelan, bersahaja dan menghargai dengan satu kata yaitu inggih (Jawa : iya). Selanjutnya bahasa itu pula yang kupergunakan dalam merespon pertanyaan wanita Sunda tersebut.

Kata panggil pun kusesuaikan dengan kondisi yaitu seorang wanita muda di Jawa akan sangat menghargai bila dipanggil dengan panggilan mbak. Dan itu pula yang selalu kukatakan dari awal hingga akhir saat bercakap dengan wanita tersebut. Yaitu “inggih mbak”.

Bahasa Jawa juga selalu diucapkan dengan suara tidak tinggi sebenarnya, halus namun masih terdengar jelas. Kadang diucapkan dengan nada agak tinggi bila ingin menegaskan atau sedikit emosi. Dan itu pula yang kupakai saat berbicara dengan manajer Bank berdarah Sunda ini.

Dan woila! Berhasil..

Kredit yang diajukan oleh adik senilai 1 M itu lolos.

Mudah-mudahan karena bahasa Jawa yang menentramkan didengar seperti Bahasa Arab.