Go (Green) UNS
Hari ini pertama kali aku menginjak kota Solo. Sedianya bila aku diterima kuliah disini akan kuhabiskan selama 4 tahun. Duh mudah2an aku sukses disini. Berada disini tidaklah mudah bagiku karena aku harus meninggalkan keluarga dan kampusku. Tapi mau gimana lagi karena study adalah tuntutan karir yang harus kupenuhi. Namun Solo yang baru bagiku begitu menarik perhatianku. Meski lebih dekat dengan kotaku dibandingkan dengan kota Makassar yang sering kukunjungi, Solo sangatlah menawan dan cantik kotanya. Padahal belum pernah kesana koq bisa bilang cantik. Konangan bohonge..
Aku gak mengira kalau akan tiba di kampus UNS itu pada jam 3 pagi. Masih gelap, segar dan adem. Masalahnya masih sepi penduduk. Tidak ada secuilpun mahasiswa terlihat. Maklum masih pagi, dan pagi itu adalah Sabtu yang tidak ada kegiatan perkuliahan. Sehingga ekspresiku saat turun dari trap bis rosalia jadi aneh. Aku melongo sebelum nyebrang menuju gerbang yang luasnya naudhubillah.. Mau nyebrang jadi bingung, kenapa bis-bis yang melalui depan kampus ini pada nggak manut sama lampu merah. Harusnya ini waktuku untuk menyebrang, jadi tersendat-sendat. Keraguanku pun semakin menumpuk saat melihat kampus masih seperti sarang hantu. Dan semakin menggila mengingat ujianku masih jam 9 nanti. Trus aku mau ngapain di pagi gelap nan sunyi, ciye..
Untungnya ada seorang teman yang baru saja turun dari bis. Segera kudatangi dan bertanya. Alhamdulillah ternyata dia juga akan melaksanakan ujian pasca seperti aku. Sehingga saat itu aku mendapat teman baru yang akan menemaniku hingga selesai ujian nanti. Setelah kutanya-tanya ternyata dia ngajar di jurusan kebidanan di Jombang, kota yang berada di provinsi yang sama denganku, Jawa Timur. Pembicaraan kami jadi cair karena kami berasal dari provinsi yang sama. Kami bisa saling memahami. Hari yang masih cukup gelap segera kami manfaatkan untuk mandi di toilet auditorium yang sedianya akan dipergunakan untuk ujian pasca nanti. Untung kamar mandinya cukup banyak dan bersih.
Waktupun berjalan hingga tepat jam 9 pagi, saat untuk melakukan tes masuk progdi doktor ku. Tes yang akan kulalui ini adalah tes TPA dan tes Bahasa Inggris. Iseng-iseng masih sambil duduk menunggu worksheet dan soal dibagikan, masih pula menerawang soalnya kayak gimana, kulihat nomor tesku nempel di belakang kursi. Kufoto lah nomor tersebut. Dan langsung kuupload di dp BBM. Sontak temen-temen BBM ku bertanya-tanya. Tes apaan..tes apaan..?
Dan santai aja kujawab tes SIM.
Gleg!
Tes TPA ini mirip tes psikotes. Meski di bagian akhir ada psikotes juga. Hampir semua item tesnya adalah mengenai pandangan umum dan logika. Bicara mengenai logika ini yang bikin gue sebel. Hampir ½ jam kuhabiskan untuk mengerjakan soal matematika. Beberapa soal kuloncati yang akhirnya pake strategi ngitung kancing. Kasian.. Maklum sudah lebih dari 25 tahun aku tak pernah menyentuh buku matematika apalagi yang namanya aljabar dan al al yang lain. Sejumlah soal-soal logika yang bikin pala bebi pusing. Ini membicarakan masalah uang saku sejumlah nama yang menggelikan. Uang saku Bambang adalah sejumlah ½ uang saku Dini. Abis tu uang saku Dini ditambah uang saku Ani itu jumlahnya setara dengan uang saku Fara. Kalau uang saku Dini 15.000 maka berapa uang Bambang? Nah loh! Bambang sih macem-macem aje. Abis tu masalah umur. Si Kunti lahir sebelum Woro. Marta lahir sebelum Oddy. Toto lahir sebelum Marta. Baru kemudian di soalnya muncul Marta dan Woro lahir sebelum Oddy. Padahal yang lahirnya sama-sama itu nggak dibilang selisihnya. Tau sendiri kan kalau bayi lahir mak procot itu bisa beda dalam detik. Orang kembar aja lahirnya nggak bareng koq. Ni apalagi orang laen. Kan nggak ada keterangan kalau mereka lahir dari orang tua yang sama atau beda. Di rumah sakit atau di dukun beranak. Bikin akta kelahiran atau enggak. Lhakok aku jadi ribet malah. Konsentrasiku cepet buyar dan capek dengan soal-soal geje. Atau emang aku yang geje. Jyahhh..
Tiba di soal bahasa Inggris.. Mudahnyaaaa.. Ciyee mudah! Gak ketrima nyesel lu.. Dengan pongahnya kuselesaikan soal bahasa Inggris itu dalam kurun waktu ½ jam aja. Dan iseng-iseng aku langsung keluar menuju pintu kelas. Semua orang memandangku. Wuih sombongnya dah selesai, kita yang dosen ngajar 20 tahun masih nganga-nganga lihat soalnya. Eitt jangan salah, aku keluar ini mau ke toilet masbroo.. hahah. Aku juga mau betulin batre hp yg kucharge di desktop dan kutempel di switcher kelas. Berkali-kali chargernya miring dan listriknya tidak masuk ke desktop. Wah ini gawat kalau batreku nggak keisi.. Jagane ditelpon dekanku yang rewel abis. Orang nelpon dah kayak minum obat dah, sehari 3x.
Seorang ibu berpenampilan elegan masuk ke kelasku waktu itu. Beliau sudah terlambat beberapa menit. Jalannya lumayan tertatih. Tas dan sepatu beliau lumayan bermerk. Batik yang beliau pake juga sangat cantik. Ibu tersebut duduk di kursi yang tak bernomor. Dari pembicaraan beliau dengan orang yang duduk di sebelahnya, beliau berasal dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Usianya juga yang bikin ku terbelalak, 61 tahun. Wow betapa sangat bersemangatnya. Aku selalu terketuk bila bertemu ibu-ibu sepuh sehingga kuberanikan diri untuk berkenalan. Ternyata beliau baik banget, hingga aku lanjutkan jalan keluar meninggalkan gedung pasca tersebut bersama-sama dengan beliau. Kita sempat foto-foto dan minum teh hangat yang kubeli di depan gedung pasca UNS. Sambil menunggu penjemput, ibu Muza namanya, bercerita bahwa beliau memiliki kolam pancing di rumahnya dan mempersilahkan aku datang ke Semarang untuk mancing-mancing mania disana. Dan beliau juga bilang ada beberapa pohon mangga yang berbuah sepanjang tahun di sepanjang kolam tersebut. Buah mangga itu tak berhenti berbuah. Wainii..
Kampus UNS yang luasnya segede gambreng itu penuh dengan pohon-pohon tua. Mirip hutan banget. Aku jadi bertanya-tanya. Mana yang lebih dulu dibangun, kampusnya atau hutannya? Berjalan sepanjang 2km di kampus ini jadi tidak terasa. Padahal saat itu sudah cukup siang, jam 2. Saya putuskan untuk berjalan saja menuju gerbang. Ada beberapa ojek sih yang menawarkan untuk keluar menuju pintu gerbang. Tapi aku coba ingin menikmati kampus yang baru pertama kali kudatangi. Dan yang jelas, kamera bututku sudah siap di tangan. Siap foto-foto nih. Letak geografis kampus UNS berbukit-bukit sehingga untuk menuju fakultas ini itu harus naik bukit-bukit terjal. Namun ratusan pohon menaungi kampus sehingga tidak terasa cape, bahkan seolah jalan-jalan berwisata. Ada danau yang lumayan luas juga di tengah, mirip danau UNHAS. Danau yang terletak di pintu masuk universitas Hasanuddin Makassar. Danau itu sama juga, diberi nama danau UNS. Sangat menyenangkan. Menuju gerbang jalan kampus UNS ini benar-benar kunikmati, aku tidak gunakan ojek. Semua sudut kulihat dengan pasti, ada apa disana. Siapa tau nemu uang. Hallah..
Sesampai di gerbang UNS, gerbang yang cukup luas dan lebar, hampir 200 meter..seorang tukang ojek berteriak-teriak klewer-klewer. Aku sudah nggak paham, ra ngerti paran..(tidak paham arah kemana) sehingga kuputuskan untuk segera balik ke Malang. Beruntungnya kampus ini dilalui semua bis-bis menuju Jawa Timur, sehingga sebuah bis Eka di kejauhan sudah terlihat. Langsung saja kucegat di halte depan UNS tersebut. Ternyata banyak juga penumpang yang akan menggunakan bis ini. Dan dengan lugunya kutanya, ke Surabaya yah pak, aku nanya ke kernetnya. Si kernet kayaknya tahu aku yang lugu gak ngerti ndi ndi. Ya iyya lah jelas bis Eka menuju Surabaya. Kok masih nanya. Dan asik banget itu bis..executive. Sehingga tidak akan angkat penumpang lagi apabila sudah penuh. Beberapa waktu kemudian bis tersebut berhenti di Ngawi, di sebuah rumah makan. Aku masih belum ngeh, maklum belum pernah pake bis ini. Ternyata tiket yang diberikan kernet padaku adalah lembaran menu. Tulisannya bukan kota tujuan dan asal melainkan Rawon, Soto, Bakso, Gule dan Cwimi. Hahah baru nyadar. Perasaanku jadi aneh waktu lihat tiket bis Eka. Tiket koq kayak daftar menu café AI yang letaknya belakang kampus UIN. Buru-buru para pelayan di rumah makan itu bertanya mau makan apa bu..minum apa bu.. Aku yang masih belum ngeh, mau makan apa, dan kenapa tidak ada menu di rumah makan itu baru nyadar kalau menu nya di tiket. Owalah..ckck
Sesampai di terminal Bungurasih Surabaya sudah mulai malam, pukul 9. Sehingga hanya tersisa sebuah bis AC Tarip Biasa. Ini bis yang belum kunaiki ceritanya. Tapi tinggal satu-satunya sehingga mau tidak mau aku naik bis ini. Gapapa sih, gak masalah. Santai saja waktu naik itu bis. Duduk dengan tenang menunggu bis ini mulai bergerak. Tiba-tiba di ujung terminal banyak penumpang juga akan ikut naik di bis ini. Saat itu malam minggu dan sudah pukul 9 malam. Sepertinya banyak pula yang akan melakukan perjalanan. Penumpang dalam bis ini mulai semakin menyempit, termasuk yang berdiri di sampingku. Seorang pria bertato kanan dan kiri lengannya. Yang kanan bergambar naga dan yang kiri bergambar bunga melati. Wiyhh.. Nah abis tu di pergelangan tangannya ada gelang rantai yang cukup besar, dan di tangan kirinya ada tasbih. Akiknya ada 6 buah di jari-jarinya. Kulihat ada batu bacan, akik pacitan, dan giok. Aku agak deg-deg an melihat penampilang ngerinya. Wajahnya sangar kayak Count Darth Vader di film Star War. Hampir semua penumpang di bis Eka yang kunaiki tadi sibuk dengan android merk-merk terkenal, beda dengan penumpang di AC Tarip Biasa. Hampir semua pegang hp jadul. Hahahay..brati sama.
Ini saking cape nya aku melakukan perjalanan dua hari tanpa henti, setiba di Malang kernet berteriak-teriak Malaaang, Malaaang….. Dengan terkaget-kaget akupun bangun dan langsung berdiri. Segera kuturunkan kakiku pelan-pelan di tangga bis. Dengan setengah ngantuk aku melebarkan mata dan melihat sekitar. Yastagah ternyata salah turun! Ini masih di Lawang! Omigod.. Sehingga kutelpon suamiku, siapa tau dia mau menjemputku di Lawang. Wah dah pasti tentu saja dia nggak mau, masih 20 km lagi dari Arjosari. Akhirnya aku ngalah dan naik ojek pada malam itu tepat pukul 11 malam menuju ke terminal Arjosari. Terpaksa kukeluarkan uang 50.000 gara-gara ketiduran.
Sampai jumpa UNS..