Disini kita membahas makna dari tanda budaya dan penerapan linguistik. Cara orang memandang sesuatu dengan menggunakan fungsi system nervous sebagai jalinan hubungan kedekatan dari perubahan-perubahan didalam relasi kegiatan diantara komponen-komponennya (Maturana dan Vrela, 1987:164). Biasanya makna mental ditunjukkan dalam penggunaan metafora. Yang dicontohkan oleh kedua peneliti tersebut adalah metaphor orang yang sedang berdansa. Saat berdansa, pasangan tersebut masih tetap kontinu merespon lingkungan dan memberlakukan perilaku yang berubah mengikuti berdasarkan perubahan didalam lingkungannya, misalnya mempercepat atau memperlambat gerakan berdasarkan perubahan ritme. Semuanya itu membutuhkan kepekaan terhadap lingkungan dan koordinasi yang baik didalam hubungan tersebut. Perilaku itu merupakan efek dari pentingnya sejarah dari pembentukan kebiasaan di lingkungan sekitar (Gibson, 1979).
Didalam lingkungan Jawa, makna sebagai representasi mental ini sangat tampak, misalnya kebiasaan masyarakat Jawa yang selalu perhatian di lingkungan sekitar. Berikut ini adalah contoh-contoh kegiatan di masyarakat Jawa yang menunjukkan makna ‘peduli terhadap sesama dan terhadap lingkungannya’ yang sering kita sebut dengan kearifan lokal. Contoh-contoh tentang kepedulian masyarakat Jawa terhadap lingkungan dan sesama saya ambil dari sebuah blog: jejakjejakhijau.blogspot.co.id/2012/ sebagai berikut:
- Pranoto Mongso
Perhatian petani terhadap lingkungan terutama untuk bercocok tanam dengan mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan, tidak memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya. (Makna sebagai representasi mental orang Jawa yang menjaga lingkungan alam sekitarnya, tidak boleh rakus dengan memanfaatkan alam secara terus menerus tanpa memperhitungkan kesuburannya)
- Nyabuk gunung
Cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Bentuk bercocok tanam seperti ini mencegah terjadinya longsor. (Makna sebagai representasi mental orang Jawa yang menjaga lingkungan alam sekitarnya)
- tong royongIstilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Sehingga jika diartikan secara harafiah, gotong royong berarti mengangkat atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasehat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan (Makna sebagai representasi mental orang Jawa yang peduli terhadap sesama dan lingkungan).Didalam masyarakat Jawa ada beberapa sifat mental yang bisa dilihat atau diamati.
- Pemalu, sungkan tapi suka menyapa
Orang Jawa suka senyum senyum dan mengangguk ketika berpapasan. Mereka suka menyapa namun biasanya jarang berani memulai percakapan.
- Pandai menjaga etika dan sopan santun
Orang Jawa itu sopan, baik terhadap orang yang lebih tua ataupun terhadap sesama, mereka juga pandai menjaga etika ketika berbaur dalam lingkungan bermasyarakat. Merundukkan badan ketika berjalan didepan orang yang lebih tua sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Jawa sebagai wujud penghormatan, tata krama, dan sopan santun. Sikap tubuh yang merunduk ini juga merupakan tanda bahwa seseorang sungguh menghargai dan dapat menempatkan posisi dirinya.
- Orang Jawa itu pekerja keras dan penurut
Bila ditinjau dalam lingkup perusahaan, orang Jawa adalah pekerja terbaik. Mereka mengerjakan apa yang seharusnya mereka kerjakan, tak pernah mengeluh, dan berdedikasi tinggi terhadap apa yang dibebankan padanya.
Orang Jawa menganut filosofi hidup mengalir seperti air dengan menjalani kehidupan seolah tanpa beban dan tanggungan. Yang penting adalah bisa makan, ibadah, dan menghidupi keluarga.
Sikap orang Jawa adalah sikapnya yang menerima apa adanya terutama dalam hal hubungan. Mereka menerima keadaan apapun dari pasangannya.
Didalam keluarga, orang Jawa adalah orang-orang yangsuka mengalah.
Wong Jowo kuwi gampang ditekak-tekuk. Orang Jawa mudah berbaur dengan orang-orang dari suku lain walaupun mereka agak pemalu dan sungkan. Kesopanan dan keramahan orang Jawa membuat orang-orang senang bergaul dengan mereka.
Bahasa Jawa memiliki strata bahasa halus, sedang, dan kasar. Orang orang Jawa terutama yang berasal dari daerah Yogyakarta, Solo, dan Semarang dikenal dengan kehalusan dan kelembutan bicaranya.
Banyak sekali tradisi-tradisi yang berawal dari leluhur jawa yang masih lestari dan dilakukan sampai sekarang. Beberapa tradisi tersebut merupakan symbol-simbol dari suau peristiwa penting di masa lalu atau bentuk rasa syukur yang dibingkai dalam sebuah acara.
Kebiasaan masyarakat untuk menyantap makanan dengan menggunakan tangan dirasa lebih nikmat.
Hidup mengalir seperti air Menerima apa adanya Suka mengalah, kalem, dan menghindari konflik Gaya dan nada bicaranya sopan Orang Jawa itu luwes Mempertahankan tradisi dan budaya Muluk/puluk
#antropologi
#anthropology
#javanese
#jawa
#linguistics
#linguistik
#orangjawa