Kudus and Beyond

Ke Kudus tidaklah lengkap kalau kita belum ke Menara Kudus. Sebuah bangunan bernilai sejarah tinggi terletak di tengah-tengah kota Kudus. Bentuk menara yang mirip candi ini adalah ikon kota Kudus yang sangat ramai dikunjungi orang. Banyaknya pengunjung yang datang saat itu ada hubungannya dengan kegiatan puasa pekan depan. Setiap mendekati bulan Ramadhan. terutama H minus satu, Menara Kudus penuh sesak. Jalan yang seharusnya dilalui oleh mobil menjadi macet dan tidak bisa dilalui lagi oleh mobil. Hanya motor dan becak yang diperbolehkan melintas di area Menara Kudus.

Sekilas aktifitas masyarakat kota Kudus dan para pendatang yang mendekat ke Menara mirip dengan aktifitas masyarakat di lingkungan makam Sunan Ampel Surabaya atau yang disebut dengan Ngampel. Banyak sekali pedagang makanan memenuhi lorong-lorong di sekitar Menara Kudus, sama seperti di Ngampel Surabaya. Para pedagang ini sibuk memamerkan dagangan yang sama seperti dijual di Ngampel yaitu kurma, tasbih, sajadah dll.

Selain itu para pedagang mainan gerabah juga penuh memadati jalan-jalan sekitar Menara Kudus. Sekedar informasi para pelancong dari luar kota biasanya akan mengunjungi lokasi-lokasi makanan khas Kudus. Di dekat Menara Kudus kuliner yang paling khas adalah sup daging kerbau. Sekali saya coba datang dan mencicipi makanan khas ini, rasanya lumayan enak dan segar. Dan yang jelas dagingnya tidak liat, empuk sekali.Kemudian sudah barang tentu, setiap pelancong yang datang ke kota Kudus pasti akan mencoba oleh-oleh yang terkenal manis ini yaitu Jenang Mubarok. Penganan yang terbuat dari tepung ketan, santan dan gula merah ini selalu diserbu oleh para penikmat jenang khas. Sehingga jenang Mubarok saat ini sudah terkemas cantik dan sangat sesuai dibawa sebagai buah tangan. Namun mungkin bagi anda yang menginginkan jenang dalam bentuk utuh, kita masih bisa menemukan jenang ini dalam bentuk belum terpotong-potong.

Mungkin jenang Mubarok sangat terkenal dan dikenal oleh setiap orang bahwa inilah satu-satunya penganan dan merk dagang di Kudus. Namun demikian apabila kita jalan-jalan di Menara Kudus, anda juga bisa menemukan jenang kemasan mini tanpa merk. Dan sudah barang tentu harganya lebih murah. Ini tidak akan mengurangi kekhasan kuliner kota Kudus yang terkenal dengan jenang Kudusnya. Dan juga tersedia penganan-penganan lain yang dijual fresh from wajan, tepat di depan pintu masuk menuju masjid.

Bagi anda yang menginginkan jalan-jalan di kota Kudus agak disayangkan kita tidak menemukan taxi disana. Meskipun banyak angkot umum melintas, kadang agak membingungkan juga untuk menggunakan kendaraan ini. Becak adalah angkutan tradisional yang paling cocok meskipun tidak bisa digunakan dengan jarak jauh. Oleh karena itu sarannya adalah dapatkan hotel di tengah-tengah kota seperti misalnya hotel Poroliman yang terletak tidak jauh dari alun-alun. Dari sini anda bisa memulai perjalanan wisata anda menggunakan becak.

300 meter dari hotel Poroliman ada sebuah Pendopo wakil Bupati Kudus yang masih sangat asli dan cantik. Sayapun bersyukur berkesempatan bisa melihat secara dekat istana ini. Dulu bangunan Pendopo wakil Bupati Kudus ini adalah istana Kawedanan yang tentu saja memiliki sisi historis yang sangat kental. Disinilah kegiatan perkantoran Wedana dan asisten Wedana Kudus yang membawahi beberapa kecamatan di Kudus dilakukan. Bangunan klasik Pendopo Wakil Bupati Kudus jelas masih sangat asli dan memukau, sangat cantik bahkan. Sempat saya datang kembali ke sana saat malam karena saya ingin melihat setting istana saat gelap. Dan ternyata benar-benar adiluhung, sangat indah. Juga rumah dinas Wakil Bupati Kudus yang terletak tepat di belakang bangunan Pendopo masih sangat asli. Terlihat dari ciri arsitektur Eropa yang melekat kuat disana.

Bis Nusantara yang akan kutumpangi sampai ke Malang itu akan start jam 9 malam. Waktuku masih lama untuk menikmati kota Kudus. Maka kuputuskan kembali jalan-jalan menyusuri jalan-jalan kota Kudus. Teman-teman pada ngajak ke Ramayana dan Matahari untuk menghabiskan waktu sebelum bis berangkat pukul 9 nanti. Aku justru memutuskan untuk tidak mengikuti mereka. Dan aku mengikuti saja langkah kakiku menuju kemana. Aku sendiri tidak paham jalan-jalan di kota Kudus, kuserahkan langkah pada kakiku ini akan kemana. Teman-teman sudah terlihat menjauh, akupun mulai meninggalkan pool bis Nusantara ini menuju ke timur. Dari jauh terlihat pedagang sate Madura. Wah kalau di Malang banyak pedagang sate Madura ini. Lalu untuk apa aku makan sate Madura kalau banyak kutemukan di Malang. Lalu kemudian di sebelah sate Madura ada roti bakar Bandung. Wah ini juga banyak terdapat di Malang. Hingga kemudian kuputuskan untuk kemudian melangkah lagi ke arah utara.

Dari jauh kulihat ada seorang ibu duduk di trotoar beberapa ruko, tepat disamping pedagang es campur. Dengan pelan kudekati sang ibu dan kutanya pelan dengan bahasa jawaku yang belepotan. Ibu sadheyan menopo? kutanya pelan.

Dan beliau pun menjawab menjual rujak, pecel dan cemede. Kalau rujak aku sudah sering makan, apalagi pecel. Itu makanan favoritku. Tapi kalau cemede? Ini pertama kali kudengar dan kulihat. Maka aku harus merasakan makanan khas Kudus ini. Cemede adalah rujak khas Kudus yang dilengkapi dengan sayuran seperti kecipir rebus dan bunga turi rebus. Buahnya adalah ketimun dan juga ada potongan lontong dan cingurnya. Dan masih pula disiram dengan bumbu pecel. Rasanya sangat unik dan segar. Ibu tersebut tersenyum lebar saat kukatakan bahwa makanan ini sangat enak. Dan memang enak.

Es campur juga kupesan semangkok. Kuminum bergantian dengan makan cemede pecel ini. Rasanya lebih segar dari yang kusangka. Ada buah-buahan unik kutemukan didalam es campur ini. Ternyata ada potongan-potongan buah queni yang telah disetup terlebih dahulu. Dan rasanya memang dahsyat. Bikin surprise lidah..

Dan kubalik kembali ke pool Nusantara.

Saat ku duduk di bis Nusantara, salah satu bis Kudus-Malang disana, kutermenung lama. Hanya satu yang ada dalam otakku. Kapan aku bisa kembali lagi ke Kudus, menikmati keindahan kota Kudus yang cantik. Kota yang meyimpan sejuta kenangan. Lamunanku di dalam bis Nusantara menjadi buyar saat seorang pria datang dan duduk di sebelahku, kursi bis nomor 39 itu.

Dan berjalanlah pelahan bis Nusantara ini, meninggalkan kota cantik,  KUDUS.

Sayonara Kudusku 🙁