Domain kebudayaan disini adalah praktek budaya dalam seni dan ritual yang mencerminkan karakteristik individu (Silverstein, 1979 & 1981). Contoh dari makna dalam praktek kehidupan sebagai symbol antropologi adalah kehidupan dalam memahami bahasa yang valid, nyata, benar, dan bagus bagi dunia yang tidak boleh dirusak atau digantikan. Indonesia kaya akan symbol antropologi budaya dan bahasa. Kebudayaan dan bahasa membentuk sebuah prinsip yang mengikat setiap individu untuk melakukannya Levi-Strauss (1966). Bahasa dapat memberikan contoh refleksi budaya dan cara mereka berbagi ide dan pola pikir (Goodenough, 1970, 1981, 1964).
Bahasa merupakan perwujudan budaya masyarakat tergambar pada pepatah Jawa ajining diri dumuning ana ing lathi. Berbicara dengan bahasa yang sopan, dengan kata yang manis, dengan suara yang halus akan membuat simpatik. Dalam bahasa menunjukkan jati diri seseorang terungkap. Orang yang santun, santun pula bahasanya. Bahasa Jawa mengajarkan kepada kita tentang nilai-nilai kemanusiaan antara lain andap asor (rendah hati), empan papan, saling menghormati, pengakuan akan keberagaman, aja dumeh dan tepo seliro. Kesantunan dalam berbahasa Jawa didominasi oleh rasa, oleh karena itu kita sering mendengar orang Jawa mengatakan nek tak rasakake, menawi kula manih, saking manah kula. Ini menunjukkan orang Jawa didalam mengambil keputusan tidak hanya berdasarka logika tetapi rasa dan pikir atau nalar terjadi secara otomatis
Berikut ini adalah contoh-contoh prinsip atau norma didalam kebudayaan Jawa
- Contoh ngoko lugu yang menunjukkan situasi tidak resmi, status sosial yang sama, berbicara dengan orang asing:
Sapa sing methuk tamu ana ing stasiun Gubeng?
Aku arep menyang pasar
Adhiku arep ditukokake wedhus
- Contoh ngoko andhap antya basa yang menunjukkan situasi dimana penutur lebih tua daripada mitra tutur, antar priyayi yang sudah kenal dan akrab (kowe diganti seliramu):
Apa wingi seliramu (Kangmas) sido tindak menyang Ngayogya?
Wulan Nopember iki seliramu (Mbakyu) tak aturi rawuh ing kongres Basa Jawa ing Surabaya.
Adhiku arep dipundhutke menda ta pak
- Contoh ngoko andhap basa antya yang menunjukkan situasi yang akrab dan saling menghormati.
Jare mirsani kethoprak, saiki tindak menyang endi?
Mau esuk tindak kantor, sore iki ngrawuhi pepanggihan ana ing RT
Adhik arep dipundhutke menda to pak
- Contoh madya ngoko yang menunjukkan situasi akrab, tidak resmi, dan santai antara sesama teman, atasan kepada bawahan (kowe diganti “ndiko”):
Ndiko wayah ngeten kok lungo teng pasar
Kulo ajeng mantuk riyin
- Contoh Madyatara yang dipakai oleh penutur kepada yang lebih muda atau memiliki derajat yang lebih rendah (kowe diganti kang sliro atau sampeyan):
Sampeyan (kang sliro) napa duwe perlu wigati kok gita-gita?
Kang sliro saiki nyambut gawe ana ngendi?
- Contoh Madya krama yang dipergunakan untuk menghormati orang lain, tetapi sifatnya sementara dalam suasana yang akrab (tidak ada kosa kata goko kecuali akhiran –e dan –ake dan menggunakan sebutan ‘sampeyan’
Wanci ngeten kok sampun kondur, napa empun rampung pandamelan sampeyan?
- Contoh Basa Krama-Muda Krama yang dipergunakan oleh orng muda kepada orang tua, murid kepada guru, antar teman yang belum akrab. Bentuknya ialah krama, kosa kata krama inggil, kowe diganti dengan panjenengan, awalan dan akhiran krama.
Lho kok, kang Mas, panjenengan punapa saestu tindak dhateng rapat nitihsepeda motor punapan becak?
- Contoh Basa Krama Kramantara yang dipergunakan dalam pembicaraan antar sesama tetapi si penutur tingkat status sosialnya lebih tinggi dan bukan di tempat umum. Bentuk tuturannya adalah krama. Kata ganti orang kedua ‘kowe’ menjadi ‘sampeyan’.
Sampeyan punapa sampun mlebet dados anggotanipun partai politik, partai punapa?
- Contoh Basa Krama Wredakrama dipakai dalam pembicaraan oleh orang yang lebih tua kepada mitra bicara yang lebih muda. Betuk tuturannya ialah krama untuk awalan dan akhiran ngoko.
Kados pundi nak, rembag bab kemajenganipun nagari ing parlemen?
- Contoh Basa Krama Inggil yang dipergunakan oleh orang yang tinggi status sosialnya karena asal usulnya dan jabatannya dimana mitra tutur usianya lebih tua. Krama inggil digunakan untuk menunjukkan rasa hormat.
Nyuwun duka Gusti, kala wingi dalem mboten saged dherekaken tindak dalem, awit anakipun dalem saweg sakit sanget.
- Contoh Krama Desa yang dipergunakan oleh orang desa yang tidak memahami system tingkat tutur atau kaidah bahasa krama. Kosa kata dijadikan krama karena ingin menunjukkan rasa hormat kepada orang yang diajak bicara misalnya Gunung Kidul menjadi Redi Kidul, Boyo lali menjadi Boyo kesupen, sawahan menjadi sabenan.
Sampeyan punapa kersa mundhut sawo kagungan kula piyambak?
Kula badhe tindak dating sabinan methuk simbah
Punapa panjenengan saking Medunten?
- Basa Kedaton atau Basa Bagongan adalah bahasa khusus yang dipaki oleh anggota kerajaan dan para pembantu (abdi dalem) bila ada pertemuan dengan raja atau melakukan percakapan di lingkungan kerajaan. Kata-kata yang termasuk bahasa kedaton adalah manise (aku), pukulun atau jengandiko (kowe), enggeh, punapi, boya (ora), seto (doyan), darbe (duwe), besaos (bae).
Pakenira mekaten ampun boya kekirangan punapa-punapi, bebasan kantun dhahar lan tilem besaos
Basa Kasar adalah bahasa yang dipergunakan oleh penutur untuk merendahkan orang lain karena marah atau emosional
Yen kowe ora jegos, wis minggato kono