Konstruksi Kepribadian Setempat dan Linguistik Relatifitas

Pemahaman kita mengenai diri kita dan orang lain sebagian besar dibangun  melalui bermacam-macam praktik linguistik yang kita lawan. Melalui penggabungan sosial yang didukung oleh praktik linguistik secara terus menerus kita perankan dan bangun, aturan yang menjadi konsep dari seseorang dimengerti adalah ideologi sekitar. Aturan tersebut berbeda di setiap tempat;dasar  pembagian dalam dua bagian tentang kepercayaan sekitar seseorang adalah egosentris yang menekan individu, kebenaran otonominya dan tindakan yang prerogratif. Yang kedua yakni sosiosentris yang menyoroti status seorang individu dalam kehidupan sosial yang lebih luas, serta menganggapnya nilai dalam pada posisinya di kehidupan bersama. Perbedaan ini dalam ideologi kepribadian sangat diberlakukan dalam praktek linguistik perbedaan budaya. Konsep dari wajah sendiri telah diusulkan sebagai konsep penting dalam pemahaman interaksi sosial, dimana hal ini bertujuan untuk menambah atau paling tidak meminimalkan ekspresi wajah tersebut. Wajah dibagi menjadi dua tipe, yakni, positif adalah sebagai harga diri seseorang, dan negatif  yakni  sebagai pembebanan dan ketidakleluasaan. Bermacam-macam cara praktik linguistik, digabungkan dibawah rubrik kesopanan. Dilakukan untuk meminimalisir hambatan kedua tipe tersebut, namun hal ini diklaim karena analisis ini adalah bagian dari etnosentris;terdapat dalam lingkungan sosiosentris seperti Jepang, konsep wajah negatif, otonomi tindakan individu yang marjinal. Lainya juga mengusulkan aturan lintas budaya dalam interaksi linguistik, seperti prinsip kerjasama. Ide bahwa seseorang akan mengatakan sesuatu yang tepat dalam hal tertentu saat berinteraksi, dan itu menghubungkan 4 maksim percakapan,  cenderung pada variasi yang menonjol. Sementara yang sangat penting dalam membangun percakapan dalam bahasa Inggris Amerika atau bahasa Inggris adalah kepentingan dan fungsi mereka tidak jelas pada orang lain, contohnya masyarakat di Malagasy, yang mana secara kontras menekankan pada ketidaklangsungan dan ketidakjelasan. Sama halnya dengan masyarakat individualis, makna ujaran diarahkan pada apa yang pembicara maksudkan. Berbeda halnya dalam masyarakat sosiosentris, makna disusun oleh pelaku percakapan, dan terkadang menggambarkan kontribusi dari bermacam-macam pelaku percakapan, tergantung posisi sosialnya. Semua perbedaan budaya ini dalam praktik perbandingan budaya linguistik memberi kesan bahwa sebenarnya perbedaan makna ditukar dalam sebuah komunitas. Tipe kerelatipan linguistik lain dan cara mengartikan maksud tersebut akan dibedakan pembagiannya, tergantung posisi sosialnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *