Diejawantahkannya Filsafat Jawa

Kearifan yang terkandung dalam filsafat Jawa dapat dicontohkan dengan etika dalam kebatinan orang Jawa yang terdapat dalam serat pepali ki Ageng Sela. Menurut Ki Ageng Sela hidup di dunia harus di dasari degan keutamaan / keluhuran. Sedangkan untuk mencapai sebuah keluhuran dan keutamaan dapat diusahakan dengaan memperhatikan sikap sebagai berikut:

  1. Sembada

Dalam kebudayaan jawa, sembada adalah sikap manusia yang dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya. Bagi orang jawa, orang akan dipandang rendah ketika “ora sembodo”. Misalnya jika ia memang sanggup melakukan sesuatu hendaknya bisa melakukan meskipun dengan susah payah.

  1. Sabar-Andhap Ashar

Sabar mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilalksanakan. Dalam kata sabar terkandung suasana hati tenang dan terkendali \, yaitu dapat mengalahkan sesuatu yang sangat besar dan sulit yang dapat mengantarkan keluhuran atau keutamaaqn seseorang. Andhap asar atau rendah hati biasanya adalah orang yang mau mengalah terhadap orang lain, yang juga dibutuhkan seseorang untuk mencapai keluhuran.

  1. Suka

Keluhuran seseorang tidaklah muncul secara otomatis, setapak demi setapak harus dilakukan dengan laku prihatin, misalnya denagn mengurangi nafsu makan dan tidur. Laku prihatin tersebut dapat lebih sempurna jika disertai dengan suka “gembira”. Karena mengarjakan sesuatu jika tidak didasari oleh kegambiraan tidak akan pernah menghasilka sesuatu yang baik.

  1. Karep

Dalam kehidupan, manusia senantiasa mempunyai karep atau keinginan, baik keinginan jahat maupun keinginan baik. Oleh karena itu Ki Ageng Sela menasehati agar manusia memiliki sikap etis yang sesuai dengan nilai kejawen, yaitu senang dengan kebaikan. Menurut Abdullah (1996: 26) keinginan baik akan selalu berhadapan dengan keinginan buruk untuk menjelmakan prilaku manusia. Dan manusia diharapkan tidak menganggap sesama manusia adalah musuh.

  1. Dalan Padhang

Seseorang haruslah menyingkirkan sesuatu yang negatif dalam hidupnya. Diibaratkan menyingkirkan perdu-perdu, duri atau lumut yang ada dijalan agar tidak membuat seseorang menjadi celaka misalnya dapat diwujudkan dengan memberikan sedekah kepada orang miskin, memberi petunjuk kepada orang bingung dan dilaksanakan dengan senang hati, tidak ada paksaan.

  1. Jiguh, ragu-ragu

Orang yang jiguh adalah orang yang menemui kesulitan yang muncul karena tidak dapat memutuskkan perkara dengan baik dan tepat. Dan kita harus dapat berlaku cerdik. Kalau kita tidak dapat mengambil sikap yang tepat kita akan terlambat sehingga ketika mati kita tidak akan dapat memanfaatkan apa yang telah kita cari dan kita dapatkan. Ada persoalan yang lebih tidak boleh disikapi denag ragu-ragu yaitu kehidupan akhirat. Dan hidup haruslah seimbang antara dunia dan akhirat.

  1. Ngutuh-Kumed, tak tahu malu-pelit

Orang yang tak tahu malu akan dijauhi oleh sesamanyakarena tidak pernah mau memperhatikan bahwa ia kan mati. Ia hanya berpikiran bahwa orang yang rilan (suka memberi) pasti akan melarat. Karena kekayaan duni tidak akan pernah habis jika memang dipergunakan untuk menolong manusia.

Filsafat Jawa dapat membawa kearifan seseorang. Kearifan merupakan sebuah kemauan untuk melihat rambu-rambu (hukum alam yang diciptakan Sang Pencipta, yang mau tidak mau kita akan tunduk kepadanya), kemauan merasakan, melihat, menggagas, dan kemudian patuh terhadap rambu-rambu itu. Manusia diciptakan memiliki akal untuk bebas manantukan pilihan. Tetapi apapun pilihan manusia akan selalu tunduk pada aturan main hokum almnya. Itulah yang dinamakan kearifan yaitu kemauan manusia untuk melihat dan bertindak sesuai alur hokum alam Sang Pencipta. Kearifan merupakan hasil dari filsafat Jawa,

#filsafat

#filsafatjawa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *