Ada Apa Dengan Warna

Teori warna mencakup banyak definisi, konsep, dan aplikasi desain – cukup untuk mengisi beberapa ensiklopedia. Namun, ada tiga kategori dasar teori warna yang logis dan berguna: Roda warna, harmoni warna, dan konteks penggunaan warna.

Teori warna menciptakan struktur logis untuk warna. Misalnya, jika kita memiliki bermacam-macam buah dan sayuran, kita dapat mengaturnya berdasarkan warna dan menempatkannya pada lingkaran yang menunjukkan warna yang saling berhubungan.

Dalam seni visual, teori warna adalah pedoman praktis untuk pencampuran warna dan efek visual dari kombinasi warna tertentu. Terminologi warna berdasarkan roda warna dan geometrinya memisahkan warna menjadi warna primer, warna sekunder, dan warna tersier. Pemahaman tentang teori warna berasal dari zaman kuno. Aristoteles (w. 322 SM) dan Claudius Ptolemy (w. 168 M) telah membahas apa dan bagaimana warna dapat dihasilkan dengan mencampurkan warna lain. Pengaruh cahaya terhadap warna diselidiki dan diungkapkan lebih lanjut oleh al-Kindi (w. 873) dan Ibn al-Haytham (w.1039). Ibnu Sina (wafat 1037), Nasir al-Din al-Tusi (wafat 1274), dan Robert Grosseteste (wafat 1253) menemukan bahwa bertentangan dengan ajaran Aristoteles, ada beberapa jalur warna dari hitam ke putih. [1][2] Pendekatan yang lebih modern terhadap prinsip teori warna dapat ditemukan dalam tulisan Leone Battista Alberti (c. 1435) dan buku catatan Leonardo da Vinci (c. 1490). Formalisasi “teori warna” dimulai pada abad ke-18, awalnya dalam kontroversi partisan atas teori warna Isaac Newton (Opticks, 1704) dan sifat warna primer. Dari sana berkembang sebagai tradisi artistik independen dengan hanya referensi dangkal untuk kolorimetri dan ilmu penglihatan.

Namun warna menjadi cukup sederhana, tidak sedetil dan serumit itu bila dibicarakan di Indonesia. Dulu kita hanya mengenal warna-warna basic, sederhana dan apa adanya. Mungkin itu pula yang masih kita percaya hingga detik ini. Hal ini membuat kita kehilangan istilah dan nama warna selain warna dasar. Warna-warna selain warna dasar menjadi rumit di istilah dan penamaan.  Seperti contoh warna pink, magenta, dan deep blue. misalnya. Ini adalah warna-warna yang sudah berpuluh tahun yang lalu sudah disebut dan dieprgunakan di istilah Barat. Artinya warna-warna tersebut ada dan tersedia, mudah menyebutnya dan semua orang mengenalnya.

Tapi tunggu dulu..

Dunia sosial media belakangan menjadikan legalitas warna semakin terang, terutama bagi mereka yang bergerak dalam bisnis jualan baju online. Banyaknya seller dan buyer akhirnya mengakui dan memberi nama dan istilah baru untuk warna-warna yang belum “diakui” oleh budaya kita. Seperti contoh warna hijau yang memiliki beragam jenis yang cukup berbeda secara signifikan. Warna tersebut adalah TOSCA, MINT SAGE, BOTOL, POLOS, LUMUT dan PUPUS. Dan kemudian ada lagi yang terbaru muncul akhir-akhir ini yang cukup marak karena menggunakan nama brand yaitu HIJAU WARDAH.

Keadaan memang akhirnya memaksa kita untuk berubah dan berbenah. Awalnya kita sangat buta dengan warna yang hanya itu-itu melulu. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, warna menjadi semakin berwarna.

Salam sehat

 

#warna

#colour

#ikafarihahhentihu

#wardahcosmetics

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *